Strategi Jepang Hadapi Kenakalan Remaja Malam Hari: Bukan Razia, Tapi Gelombang Suara

Jauh sebelum wacana pembatasan aktivitas malam bagi pelajar di Jawa Barat, Jepang telah mengambil langkah unik dalam mengatasi masalah vandalisme dan gangguan yang disebabkan oleh remaja di ruang publik pada malam hari. Alih-alih pendekatan konvensional seperti patroli atau razia, Jepang memilih teknologi suara sebagai solusi.

Di Distrik Adachi, Tokyo, sebuah taman menerapkan alat yang menghasilkan suara berfrekuensi tinggi, sekitar 17 kilohertz. Frekuensi ini dirancang agar lebih mudah didengar oleh remaja, khususnya mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Alat ini, yang dikenal dengan julukan "The Mosquito", dipasang dengan tujuan mengusir remaja yang kerap melakukan perusakan fasilitas taman, terutama toilet.

Haruyuki Masuda, penanggung jawab taman, menjelaskan bahwa pemasangan alat ini merupakan respons atas kesulitan dalam mengatasi vandalisme yang terus berulang. Sebelumnya, pihak taman telah mencoba patroli rutin oleh petugas keamanan swasta, namun upaya ini terbukti kurang efektif karena keterbatasan wewenang petugas dalam menindak kenakalan remaja.

Kerusakan akibat ulah remaja di Taman Kitashikahama mencapai 700.000 yen pada tahun 2008. Secara keseluruhan, kerusakan di 470 taman dan fasilitas umum di Distrik Adachi merugikan hingga 3 juta yen. Selain itu, warga sekitar juga mengeluhkan kebisingan yang ditimbulkan oleh remaja, termasuk suara keras dan petasan hingga larut malam.

"Mosquito MK4 Anti-Vandal System", nama resmi alat ini, dirancang agar suara berfrekuensi tingginya tidak terlalu terasa bagi orang yang hanya lewat. Efeknya baru akan terasa setelah beberapa menit terpapar, sehingga efektif menghalau orang yang berlama-lama di area tersebut di luar jam operasional. Produsen alat ini mengklaim bahwa penggunaan "The Mosquito" tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat.

Menurut pengamatan di media sosial, alat ini masih digunakan di Jepang, terutama di kota-kota besar seperti Tokyo. Beberapa pengguna media sosial melaporkan pernah mendengar suara bernada tinggi tersebut saat berada di Jepang, dengan beberapa di antaranya awalnya merasa bingung sebelum menyadari sumber suara tersebut. Penempatan alat yang umumnya berada di bagian atas gedung membuat keberadaannya tidak selalu mudah disadari.

Berikut adalah poin-poin penting terkait penggunaan alat "The Mosquito" di Jepang:

  • Tujuan: Mengatasi vandalisme dan gangguan yang disebabkan oleh remaja di ruang publik pada malam hari.
  • Cara Kerja: Menghasilkan suara berfrekuensi tinggi (sekitar 17 kilohertz) yang lebih mudah didengar oleh remaja.
  • Lokasi: Taman, fasilitas umum, dan area lain yang sering menjadi tempat berkumpul remaja.
  • Efektivitas: Diklaim efektif dalam menghalau remaja tanpa menimbulkan masalah kesehatan.
  • Alternatif: Digunakan sebagai alternatif dari pendekatan konvensional seperti patroli atau razia.

Penerapan teknologi "The Mosquito" di Jepang menunjukkan pendekatan inovatif dalam mengatasi masalah sosial. Alih-alih menerapkan aturan yang ketat, Jepang mencoba memanfaatkan teknologi untuk menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi pelaku vandalisme, sehingga secara tidak langsung mendorong mereka untuk menjauhi area tersebut.