Tangsel Lirik Investasi Swasta Guna Realisasikan Proyek MRT

Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) tengah menjajaki potensi keterlibatan pihak swasta dalam proyek ambisius perluasan jaringan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta hingga ke wilayahnya. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kebutuhan pendanaan yang signifikan untuk merealisasikan proyek infrastruktur strategis tersebut.

Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan, mengungkapkan bahwa skema pembiayaan yang melibatkan sektor swasta menjadi salah satu opsi utama yang sedang dipertimbangkan secara serius. Menurutnya, opsi ini menjadi relevan mengingat besarnya investasi yang diperlukan untuk membangun infrastruktur MRT hingga mencapai wilayah Tangsel.

"Salah satu alternatif yang memungkinkan adalah melalui skema investasi swasta. Sebagai contoh, jika jalur MRT nantinya melewati wilayah utara, seperti Bintaro, maka skema yang dapat diterapkan adalah hibah lahan dari pengembang seperti BSD atau pihak swasta lainnya," jelas Pilar.

Saat ini, Pemkot Tangsel masih menunggu hasil studi kelayakan (feasibility study/FS) terbaru yang tengah dikerjakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bersama dengan PT MRT Jakarta. Hasil studi ini akan menjadi dasar penentuan trase atau jalur yang paling optimal untuk dibangun, baik dari sudut pandang teknis maupun dari aspek bisnis.

"Terdapat dua opsi trase yang sedang dipertimbangkan, yaitu jalur selatan yang melewati Pondok Cabe, dan jalur utara yang melewati Pondok Aren atau Bintaro. Keputusan akhir akan sangat bergantung pada perhitungan bisnis yang dilakukan oleh PT MRT Jakarta sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)," imbuh Pilar.

Mengenai perkiraan anggaran yang dibutuhkan, Pilar mengakui bahwa belum ada angka pasti yang dapat disebutkan saat ini. Namun, ia memperkirakan bahwa pembangunan jalur MRT sepanjang 16 kilometer akan menelan biaya yang sangat besar.

"Biaya tersebut mencakup pembebasan lahan, struktur bangunan, konstruksi, serta penerapan teknologi yang canggih. Semua elemen ini memerlukan investasi yang mencapai miliaran rupiah," kata Pilar.

Lebih lanjut, Pilar juga menegaskan bahwa Pemkot Tangsel terbuka terhadap kemungkinan pemanfaatan aset-aset daerah yang dimiliki, seperti median jalan, jika jalur MRT nantinya harus melewati lahan-lahan tersebut. Pemanfaatan aset ini akan dibicarakan dan disesuaikan dengan kebutuhan trase yang telah ditetapkan.

Sebelumnya, Gubernur Jakarta, Pramono Anung, telah menyampaikan bahwa perluasan jalur MRT ke Tangerang Selatan akan menjadi prioritas utama dibandingkan dengan perluasan ke Kota Depok. Hal ini didasarkan pada pertimbangan strategis dan potensi manfaat yang lebih besar yang dapat diraih dari pengembangan jaringan MRT di wilayah Tangsel.

"Untuk sementara, kami akan memprioritaskan perluasan MRT ke Tangerang Selatan," ujar Pramono di Balai Kota Jakarta, menanggapi aspirasi dari Wakil Wali Kota Depok yang menginginkan agar MRT juga menjangkau wilayahnya.

Pemprov DKI Jakarta telah melakukan serangkaian diskusi dengan Pemerintah Provinsi Banten untuk membahas aspek teknis proyek, termasuk skema pembiayaan dan pembagian kewenangan yang jelas. Pramono juga menegaskan bahwa Jakarta siap untuk menanggung modal awal proyek MRT ke Tangsel, asalkan perhitungan bisnis yang mendasari proyek tersebut dianggap layak dan menguntungkan.

"Jika diperlukan, modal dasar atau modal awal dapat berasal dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun, keputusan ini akan sangat bergantung pada perhitungan bisnis yang komprehensif," ucap Pramono.

Saat ini, proyek perluasan MRT ke Tangsel telah memasuki tahap uji kelayakan dan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan berbagai pihak terkait, seperti Bappenas, Kementerian Perhubungan, Pemprov DKI, dan Pemprov Banten. Dua opsi jalur potensial yang sedang dipertimbangkan secara matang adalah:

  • Rute Pondok Aren – Serpong
  • Rute Ciputat – Pondok Cabe

Pemilihan kedua rute ini didasarkan pada pertimbangan bahwa keduanya menghubungkan kawasan permukiman padat, pusat kegiatan masyarakat Tangsel, serta area pendidikan. Selain itu, kedua rute ini juga dinilai memiliki potensi jumlah penumpang harian yang tinggi, sehingga akan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Jalur tersebut juga nantinya akan terhubung langsung ke Stasiun MRT Lebak Bulus di Jakarta, sehingga memudahkan mobilitas masyarakat antara Tangsel dan Jakarta.