Inisiatif Lintas Agama Luncurkan Buku Khotbah Pelestarian Hutan untuk Pemuka Agama
Pemuka Agama Diberi Inspirasi Khotbah Pelestarian Hutan
Organisasi lintas agama, Interfaith Rainforest Initiative (IRI) Indonesia, mengambil langkah progresif dengan menerbitkan buku panduan dan khotbah yang ditujukan bagi enam agama resmi di Indonesia. Buku ini menjadi amunisi baru bagi para pemuka agama untuk menyuarakan pentingnya pelestarian lingkungan, khususnya perlindungan hutan tropis, dari mimbar-mimbar rumah ibadah.
"Buku ini merupakan wujud dukungan kami terhadap pembangunan berkelanjutan berbasis lingkungan. Lebih dari itu, ia adalah panduan spiritual yang diharapkan mampu membangkitkan kesadaran dalam merespons krisis iklim dan kerusakan hutan yang semakin mengkhawatirkan," jelas Fasilitator Nasional IRI Indonesia, Hayu Prabowo, dalam acara pembekalan ilmiah yang dihadiri ratusan pemuka agama dan tokoh keagamaan di Jakarta.
Acara yang dihadiri 450 pemuka agama dari berbagai pelosok Indonesia itu juga menghadirkan narasumber dari berbagai lembaga pemerintah dan riset, seperti Kementerian Kehutanan (Kemhut), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta CIFOR-ICRAF. Kehadiran para ahli ini memberikan perspektif ilmiah yang memperkaya pemahaman para pemuka agama tentang isu-isu lingkungan.
Hayu Prabowo mengungkapkan keprihatinannya bahwa rumah-rumah ibadah dan masyarakat di sekitarnya kini semakin rentan terhadap dampak bencana ekologis. Ia mencontohkan masjid-masjid di kawasan pesisir Jakarta Utara yang kerap menjadi korban banjir rob, serta berbagai tempat ibadah di wilayah utara Pulau Jawa yang merasakan langsung dampak perubahan iklim.
"Ancaman gelombang pengungsi iklim atau climate refugee bukanlah sekadar narasi menakut-nakuti, melainkan realitas yang bisa terjadi jika kita tidak bertindak," tegasnya.
Tantangan Global dan Peran Hutan Tropis
Hayu memaparkan setidaknya lima tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini, termasuk Indonesia:
- Cuaca ekstrem
- Krisis sistem bumi
- Keruntuhan keanekaragaman hayati
- Pemanasan global
- Kelangkaan sumber daya alam.
Ia mengutip data dari Global Forest Watch yang mencatat bahwa Indonesia kehilangan sekitar 10,5 juta hektare hutan tropis primer antara tahun 2002 dan 2023. Angka ini setara dengan 11% dari total luas hutan pada tahun 2001.
Oleh karena itu, Hayu menekankan urgensi inisiatif lintas iman dalam menjaga kelestarian hutan. Ia mengingatkan bahwa deforestasi meningkatkan risiko bencana, yang pada gilirannya menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang besar.
"Buku ini kami buat khusus untuk rumah-rumah ibadah, dengan fokus pada peran hutan tropis sebagai paru-paru dunia dan penopang kehidupan jutaan orang. Hilangnya hutan berarti hilangnya sumber air bersih dan ancaman terhadap ketahanan pangan," paparnya.
Kementerian Kehutanan menyambut baik inisiatif organisasi keagamaan dalam menjaga kelestarian hutan dan menanggulangi krisis iklim. Kepala Pusat Pengembangan Mitigasi dan Adaptasi Bencana Hidrometeorologi Kemenhut, Wening Sri Wulandari, berharap inisiatif ini dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan.
Sebagai bagian dari upaya yang lebih luas, Kemhut menargetkan rehabilitasi lahan kritis seluas 12,7 juta hektare hingga tahun 2029. Target ini akan dicapai melalui kolaborasi dengan masyarakat, dengan tujuan memulihkan fungsi ekosistem hutan dan menciptakan peluang kerja hijau di tingkat lokal.