Indonesia dan Timor Leste Bersatu Padu Konservasi Hiu Paus Lintas Batas di Bentang Laut Sunda Kecil

Indonesia dan Timor Leste mengambil langkah signifikan dalam upaya konservasi laut dengan merancang program konservasi lintas batas yang berfokus pada perlindungan hiu paus. Inisiatif ini, yang berpusat di kawasan Bentang Laut Sunda Kecil (BLSK), merupakan bagian dari komitmen kedua negara dalam Coral Triangle Initiative (CTI-CFF). Dukungan krusial untuk proyek ini datang dari Konservasi Indonesia dan Conservation International Timor Leste, menegaskan kolaborasi lintas organisasi dalam menjaga keanekaragaman hayati laut.

Pengumuman rencana aksi bersama ini dilakukan pada forum United Nations Ocean Conference (UNOC) 2025 di Nice, Prancis. Lebih dari sekadar perlindungan spesies, tujuan utama dari program ini adalah menciptakan ekosistem laut yang sehat dan berkelanjutan, yang juga mendukung kesejahteraan ekonomi masyarakat pesisir di kedua negara. Meizani Irmadhiany, Senior Vice President dan Executive Chair Konservasi Indonesia, menekankan pentingnya pendekatan holistik yang menggabungkan perlindungan ekosistem dengan pemberdayaan sosial dan ekonomi.

Bentang Laut Sunda Kecil dipilih sebagai fokus utama karena nilai ekologisnya yang tinggi. Wilayah ini merupakan rumah bagi berbagai spesies laut ikonik, termasuk paus biru kerdil, paus sperma, dan hiu paus. Selain menjadi habitat penting, BLSK juga berfungsi sebagai jalur migrasi dan tempat pemijahan yang vital bagi berbagai spesies ikan yang melintasi batas negara. Untuk mewujudkan rencana aksi ini, Indonesia dan Timor Leste, dengan dukungan dari Konservasi Indonesia dan Conservation International Timor Leste, telah menyusun strategi komprehensif.

Salah satu elemen kunci dari rencana tersebut adalah pendirian pusat ilmu pengetahuan yang akan menghubungkan universitas-universitas di kedua negara. Pusat ini akan berfungsi sebagai wadah untuk memperkuat riset kelautan dan transfer pengetahuan, memastikan bahwa upaya konservasi didukung oleh data ilmiah yang kuat. Meizani juga menyoroti keberhasilan kawasan konservasi laut berbasis spesies di Teluk Saleh, Sumbawa, yang menjadi model perlindungan hiu paus yang efektif. Model ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat, dengan dukungan dari pemerintah Prancis.

Teluk Saleh, yang merupakan habitat penting bagi hiu paus muda, telah menunjukkan bagaimana pariwisata berkelanjutan dan edukasi dapat memberdayakan masyarakat untuk berkontribusi pada pengumpulan data ilmiah. Keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi pengembangan program konservasi yang lebih luas di BLSK. Konservasi Indonesia menekankan bahwa pengelolaan kawasan laut yang berkelanjutan memerlukan pendekatan terpadu yang menggabungkan perlindungan spesies, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pemberdayaan masyarakat. Dengan bekerja sama lintas batas dan melibatkan semua pemangku kepentingan, Indonesia dan Timor Leste berupaya untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut dan memastikan kesejahteraan masyarakat pesisir di masa depan.

Upaya konservasi ini bukan hanya tentang melindungi hiu paus, tetapi juga tentang membangun masa depan yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir dan ekosistem laut secara keseluruhan.