BPOM Temukan Bahan Berbahaya di Takjil Ramadan: Boraks, Formalin hingga Pewarna Tekstil
BPOM Temukan Bahan Berbahaya di Takjil Ramadan: Boraks, Formalin hingga Pewarna Tekstil
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) di berbagai pasar takjil di seluruh Indonesia menjelang bulan Ramadan. Hasilnya, ditemukan sejumlah jajanan takjil yang mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan, seperti boraks, formalin, rhodamin B, dan methanyl yellow. Sidak yang dimulai sejak 24 Februari ini menjangkau seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, dengan metode pengambilan sampel secara acak dan penyelidikan intelijen, dimana petugas BPOM menyamar sebagai pembeli biasa.
Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, mengungkapkan bahwa bahan-bahan berbahaya tersebut sering ditemukan tercampur dalam berbagai jenis makanan. Formalin, misalnya, sering ditemukan pada mie basah, tahu, ikan segar, dan daging ayam segar. Ciri-cirinya yang mudah dikenali adalah tekstur yang tidak lengket, tidak mudah hancur, permukaan yang mengkilat, dan ketiadaan lalat yang hinggap. Hal ini mengindikasikan adanya pengawet yang berlebihan dan berbahaya.
Boraks, bahan berbahaya lain yang sering ditemukan, umumnya terdapat pada jajanan seperti cilok, bakso, lontong, dan kerupuk rambak. Ciri khasnya adalah tekstur yang kenyal, tidak lengket, dan tidak mudah putus. Kandungan boraks ini memberikan efek tekstur yang diinginkan penjual namun berdampak buruk bagi kesehatan konsumen. Konsumsi boraks dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius.
Sementara itu, rhodamin B dan methanyl yellow, keduanya merupakan pewarna tekstil yang berbahaya jika digunakan dalam makanan. Jajanan yang mengandung rhodamin B akan memiliki warna merah yang sangat mencolok, sedangkan yang mengandung methanyl yellow akan berwarna kuning cerah yang tidak alami. Selain itu, kedua pewarna ini seringkali menghasilkan warna yang tidak merata, dengan bercak-bercak warna yang terlihat jelas.
BPOM menggunakan metode sampling dan intelijen untuk mendeteksi takjil berbahaya. Tim BPOM membeli jajanan secara acak, kemudian langsung diuji di laboratorium bergerak yang mereka miliki. Jika ditemukan bahan berbahaya, petugas langsung memberikan peringatan kepada penjual untuk menghentikan penjualan produk tersebut. Upaya ini menunjukkan komitmen BPOM dalam melindungi konsumen dari bahaya makanan yang tidak aman.
Proses pengawasan ini dilakukan secara intensif hingga menjelang minggu ketiga Ramadan. BPOM mengimbau masyarakat untuk lebih teliti dan waspada dalam memilih takjil, memperhatikan tekstur, warna, dan aroma makanan sebelum membeli. Jika menemukan jajanan yang mencurigakan, masyarakat diimbau untuk segera melaporkannya kepada pihak berwenang.
Langkah-langkah pencegahan yang dilakukan BPOM ini diharapkan dapat mengurangi jumlah jajanan takjil yang mengandung bahan berbahaya, serta memastikan keamanan dan kesehatan masyarakat selama bulan Ramadan.
Daftar Ciri-ciri Takjil Berbahaya:
- Formalin: Tidak lengket, tidak mudah hancur, lebih mengkilat, tidak dihinggapi lalat.
- Boraks: Tekstur kenyal, tidak lengket, tidak gampang putus.
- Rhodamin B: Warna merah mencolok, warna tidak merata.
- Methanyl yellow: Warna kuning mencolok, warna tidak merata.