Dua Puluh Jemaah Haji asal Jawa Tengah Meninggal Dunia di Tanah Suci

Duka menyelimuti pelaksanaan ibadah haji tahun ini, dengan kabar meninggalnya 20 jemaah haji asal Jawa Tengah di Arab Saudi. Peristiwa pilu ini terjadi di tengah persiapan dan pelaksanaan rukun Islam kelima tersebut.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), 20 jemaah haji yang wafat terdiri dari 16 laki-laki dan 4 perempuan. Jenazah para jemaah dimakamkan di Baqi, Madinah dan Sorayya, Mekkah.

Pihak Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Solo menjelaskan bahwa penyebab utama kematian jemaah bervariasi, namun didominasi oleh penyakit bawaan. Penyakit jantung dan gangguan pernapasan menjadi faktor yang paling banyak ditemukan. Selain itu, perbedaan cuaca ekstrem antara Indonesia dan Arab Saudi juga disinyalir memperburuk kondisi kesehatan jemaah, menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

"Penyebabnya variatif, rata-rata karena penyakit bawaan, ada juga yang memang karena sakit jantung dan paru. Kalau rata-rata yang 15 (jemaah meninggal) awal itu memang karena demam dan sesak nafas penyebabnya," ungkap salah seorang petugas PPIH.

Dari 20 jemaah yang meninggal, 19 di antaranya menghembuskan nafas terakhir sebelum puncak haji, sementara satu orang meninggal setelah rangkaian Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) selesai dilaksanakan.

Pihak PPIH menegaskan bahwa seluruh jemaah haji telah menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan ketat sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. Proses pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa jemaah memenuhi syarat kesehatan yang diperlukan untuk melaksanakan ibadah haji.

"Tahun 2025 ini untuk syarat pelunasan haji yang berhak berangkat itu syaratnya istithaah kesehatan dulu. Jadi mereka melakukan MCU dulu, medical check up. Terus kalau dinyatakan istitha'ah layak untuk berangkat maka baru bisa pelunasan," jelasnya.

PPIH juga menyampaikan bahwa secara umum, kondisi kesehatan jemaah haji asal Jawa Tengah tahun ini lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari jumlah jemaah yang meninggal dunia yang lebih sedikit dibandingkan tahun 2024, di mana angka kematian mencapai 30 hingga 40 orang.

Namun demikian, PPIH mengakui adanya beberapa kasus di mana jemaah dari beberapa daerah yang kurang sehat tetap diloloskan oleh penyelenggara haji di daerah. Akibatnya, jemaah tersebut terpaksa dipulangkan saat pemeriksaan akhir di embarkasi dan digantikan oleh jemaah cadangan.

"Ada yang saat pemeriksaan akhir di embarkasi harus dikembalikan ke daerah, diganti jemaah cadangan, karena tidak memenuhi syarat istithaah seperti gagal ginjal, penyakit jantung, dan paru-paru menular," tambahnya.

Kloter pertama jemaah haji dari Kabupaten Purbalingga dijadwalkan tiba kembali di Tanah Air melalui Bandara Adi Soemarmo, Solo, pada hari Jumat, 13 Juni 2025, pukul 09.40 WIB.