Jawa Barat Harmoniskan Ekonomi Digital dan Tradisional demi Stabilitas
Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengambil langkah strategis dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah gejolak global dan nasional. Strategi ini menggabungkan transformasi digital dengan pelestarian ekonomi tradisional.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, menegaskan bahwa sinergi antara ekonomi berbasis digital dan kearifan lokal adalah kunci. Menurutnya, ekonomi tradisional yang mengakar pada keluarga dan nilai-nilai budaya dapat menjadi landasan kokoh untuk menghadapi tantangan ekonomi, terutama dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Herman menggarisbawahi filosofi saeutik mahi, loba nyesa (sedikit cukup, banyak bersisa) sebagai prinsip penting. Dengan kemampuan keluarga mengelola pengeluaran dan meningkatkan pendapatan, misalnya melalui pemanfaatan lahan pekarangan untuk bercocok tanam, ketahanan ekonomi keluarga akan meningkat.
Dalam forum High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah se-Jawa Barat di Karawang, Herman menjelaskan bahwa peningkatan daya beli masyarakat akan mendorong konsumsi. Hal ini, pada gilirannya, akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jabar, yang saat ini berada di angka 4,9 persen, dengan target mencapai 5 persen pada tahun ini. Selain konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, investasi, serta ekspor-impor juga menjadi pilar penting penggerak ekonomi.
Percepatan belanja pemerintah yang berkualitas dan akuntabel, menurut Herman, sangat penting agar dana segera berputar di masyarakat. Sementara itu, sektor investasi di Jabar menunjukkan kinerja yang menggembirakan dengan capaian Rp 251 triliun tahun lalu, tertinggi di Indonesia. Namun, ia mengakui bahwa investasi yang masuk cenderung padat teknologi dan modal, sehingga belum optimal dalam menyerap tenaga kerja lokal. Oleh karena itu, investasi inklusif yang memberikan manfaat bagi masyarakat kelas menengah ke bawah perlu didorong.
Herman juga menyoroti keunikan Jabar dalam menggabungkan tradisi dan teknologi, sejalan dengan visi Gubernur Jawa Barat. Prinsipnya adalah digitalisasi digenjot, tetapi tradisi tetap dijaga. Dengan budaya, Jabar membumi, dan dengan teknologi, Jabar menjangkau langit. Kekuatan Jabar terletak pada kemampuan untuk berpijak pada akar budaya sambil tetap siap untuk terbang tinggi.
Secara umum, kondisi ekonomi Jabar saat ini stabil dan terkendali, dengan inflasi tercatat sebesar 1,47 persen. Meskipun masih dalam batas toleransi, kewaspadaan tetap diperlukan karena potensi menuju deflasi. Inflasi terendah tercatat di Kota Cirebon (sedikit di atas 0,9 persen), sementara yang tertinggi di Kota Sukabumi (di atas 2 persen). Menjaga inflasi dalam rentang ideal 2,5 persen plus-minus 1 persen menjadi tantangan tersendiri, karena inflasi yang terlalu rendah juga tidak sehat bagi produsen. Keseimbangan antara kepentingan konsumen dan produsen perlu dijaga.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat, Muhamad Nur, menekankan pentingnya sinergi antar pemerintah daerah dalam mengendalikan inflasi dan mendorong digitalisasi. Ia menyambut baik kolaborasi yang ditunjukkan oleh 27 kabupaten/kota dalam rapat yang dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Barat. Nilai-nilai tradisi yang terkandung dalam ekonomi tradisional harus menjadi fondasi dalam meningkatkan kinerja ekonomi. Untuk menyongsong peningkatan investasi, pemerintah daerah akan mendorong penguatan sektor pendidikan guna menghasilkan tenaga kerja terampil yang siap bersaing dan mendukung iklim investasi di sektor industri pengolahan.