Bandara Taif Dibuka untuk Jamaah Haji Indonesia: Alternatif Baru Kurangi Kepadatan di Jeddah dan Madinah
Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan pelayanan dan kenyamanan bagi jamaah haji dan umrah. Salah satu langkah terbarunya adalah menjajaki pemanfaatan Bandara Internasional Taif di Arab Saudi sebagai pintu masuk alternatif, selain Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah dan Bandara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdulaziz di Madinah. Inisiatif ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan di kedua bandara utama tersebut, terutama selama puncak musim haji.
Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, menyampaikan bahwa Bandara Taif secara teknis memenuhi syarat untuk menjadi bandara alternatif. Lokasinya yang strategis, hanya sekitar 70 kilometer dari Kota Makkah, menjadi nilai tambah tersendiri. Uji coba penggunaan bandara ini telah dilakukan pada 28 Mei 2025, dengan kedatangan perdana 44 jamaah haji khusus asal Indonesia.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menyatakan dukungan penuh terhadap inisiatif ini. Kepala Badan Pelaksana BPKH, Fadlul Imansyah, menegaskan kesiapan BPKH untuk berkontribusi dalam memperlancar proses pemanfaatan Bandara Taif. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan haji dan umrah secara berkelanjutan.
Data dari Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama mencatat bahwa hingga 28 Mei 2025, sebanyak 10.654 jamaah haji khusus Indonesia telah tiba di Arab Saudi. Sebagian besar, yaitu 6.205 orang, tiba melalui Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah, sementara 4.449 orang melalui Bandara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdulaziz di Madinah.
Dengan adanya Bandara Taif sebagai opsi tambahan, diharapkan perjalanan jamaah haji dan umrah dapat menjadi lebih efisien, aman, dan nyaman. Inisiatif ini juga menjadi bukti komitmen pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik bagi para tamu Allah.