Varian COVID-19 Nimbus Terdeteksi di 22 Negara, Kemenkes RI Lakukan Pemantauan Intensif

Gelombang kekhawatiran global kembali mencuat seiring dengan terdeteksinya varian baru COVID-19, yang dikenal sebagai Nimbus (NB.1.8.1), di 22 negara. Varian ini, yang merupakan turunan dari subvarian Omicron JN.1, pertama kali diidentifikasi pada akhir Januari 2025, dan sejak itu, telah menjadi perhatian utama para ahli kesehatan di seluruh dunia.

Penyebaran Global dan Gejala yang Dilaporkan

Hingga pertengahan Mei 2025, varian Nimbus telah dilaporkan keberadaannya di berbagai negara, memicu kewaspadaan akan potensi peningkatan kasus COVID-19. Pasien yang terinfeksi varian ini menunjukkan sejumlah gejala umum, termasuk demam, menggigil, batuk, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, kelelahan ekstrem, kesulitan bernapas, dan gangguan pencernaan seperti diare.

Perbedaan Signifikan pada Struktur Spike

Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo, seorang pakar imunologi dari Universitas Airlangga (UNAIR), menjelaskan bahwa peningkatan kasus COVID-19 baru-baru ini disebabkan oleh tiga faktor utama: kemunculan varian baru, penurunan kekebalan populasi, dan perubahan perilaku masyarakat setelah pandemi. Varian Nimbus, sebagai hasil mutasi dari Omicron (JN.1), memiliki perbedaan signifikan pada struktur spike-nya. Mutasi ini memungkinkan varian Nimbus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh, termasuk kekebalan yang diperoleh dari vaksin generasi awal. Akibatnya, varian ini memiliki potensi penyebaran yang lebih luas, meskipun gejala yang ditimbulkan cenderung lebih ringan.

Status Pengawasan WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkan varian Nimbus ke dalam daftar Variants Under Monitoring (VUMs) sejak 23 Mei 2025. Meskipun varian ini terbukti lebih menular, WHO menyatakan bahwa risiko infeksinya tidak separah varian-varian sebelumnya. Data yang ada menunjukkan bahwa peningkatan rawat inap dan kematian akibat varian Nimbus tidak signifikan.

WHO menekankan bahwa modifikasi pada protein spike varian Nimbus meningkatkan kapasitas penularannya dan mengurangi efektivitas antibodi yang dihasilkan dari infeksi sebelumnya.

Situasi di Asia Tenggara dan Indonesia

Beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Thailand dan Singapura, telah melaporkan kasus varian Nimbus. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada laporan mengenai keberadaan varian NB.1.8.1 di Indonesia. Identifikasi varian virus dilakukan melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS).

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa subvarian yang masih mendominasi sirkulasi di Indonesia adalah MB.1.1 dan KP.2.18, yang secara umum memiliki karakteristik serupa dengan JN.1 dan dinilai memiliki risiko rendah.

Daftar Negara yang Melaporkan Varian Nimbus:

Berikut adalah daftar negara yang telah melaporkan kasus COVID-19 varian Nimbus:

  • Singapura: 366 kasus
  • Thailand: 176 kasus
  • Amerika Serikat: 148 kasus
  • Australia: 188 kasus
  • Kanada: 108 kasus
  • Selandia Baru: 92 kasus
  • Hong Kong: 77 kasus
  • Taiwan: 48 kasus
  • Korea Selatan: 47 kasus
  • Inggris: 29 kasus
  • Prancis: 29 kasus