Pengalaman Spiritual Indadari: Merayakan Idul Adha di Tengah Konflik Palestina
Indadari Mindrayanti, seorang tokoh publik, baru-baru ini berbagi pengalaman mendalamnya merayakan Hari Raya Idul Adha di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, dan wilayah Tepi Barat. Pengalaman ini bukan sekadar perayaan biasa, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang penuh haru dan kepedulian terhadap kondisi masyarakat Palestina.
Indadari mengungkapkan kebahagiaannya bisa merasakan takbir Idul Adha berkumandang di Masjid Al-Aqsa. Ia menggambarkan suasana saat itu sangat ramai, dipenuhi oleh warga Palestina yang datang untuk beribadah. Menurutnya, momen Idul Adha menjadi kesempatan langka bagi semua orang untuk bisa sujud dan salat di masjid tersebut, karena biasanya akses masuk sangat ketat dan banyak pemeriksaan.
"Senang banget ternyata ramai banget, orang-orang Palestina, warga lokal itu pada datang karena waktu Idul Adha itu di-open untuk semuanya," ujar Indadari.
Namun, perayaan Idul Adha di Al-Aqsa tidak terlepas dari tantangan dan keterbatasan. Indadari menjelaskan bahwa ia tidak dapat melaksanakan kurban di Yerusalem, melainkan harus pergi ke Tepi Barat, tepatnya di Betlehem. Di sana, ia mengunjungi sebuah peternakan dan memfasilitasi teman-teman dari Indonesia untuk berkurban bagi warga Palestina.
Perjalanan dari Masjid Al-Aqsa ke peternakan di Tepi Barat memakan waktu sekitar 40 menit. Indadari menyoroti bahwa segala sesuatu di wilayah konflik tersebut sangat mahal. Harga kambing bisa mencapai USD 850 atau sekitar Rp 13 juta, sementara harga sapi berkisar antara USD 5 ribu hingga USD 6 ribu.
"Karena kan masih terjajah ya, apa-apa tuh mahal banget. Kambing harganya hampir USD 850, satu kambing yang 50 kilogram, hampir Rp 13 jutaan ya. Kalau sapi itu hampir USD 5 ribu-USD 6 ribu. Jadi memang mahal banget semua di sana," jelasnya.
Indadari juga menggambarkan kondisi di Tepi Barat yang tidak jauh berbeda dengan Gaza. Meskipun ia mengakui bahwa situasi di Gaza lebih memprihatinkan, namun kondisi di Tepi Barat juga sangat memilukan. Ia menceritakan bahwa setelah memilih kambing di peternakan, hewan tersebut disembelih dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat di Tepi Barat.
Lebih lanjut, Indadari memberikan gambaran mengenai situasi di wilayah tersebut, yang masih menjadi zona konflik. Ia menyebutkan adanya wilayah yang dikuasai oleh Israel, sementara sebagian besar penduduknya adalah warga Palestina. Di wilayah tersebut, kehidupan masyarakat sangat sulit dan terasa terjajah. Bahkan, untuk keluar dari Tepi Barat dan menuju Al-Aqsa saja, mereka tidak bisa.
"Ada wilayah yang memang lagi dikuasai banget sama Israel, sama yang banyak orang Palestinanya. Mereka di sana itu lebih kayak village, lebih kelihatan banget terjajahnya. Untuk keluar dari West Bank ke Al-Aqsa saja mereka gak bisa," imbuhnya.
Pengalaman Indadari merayakan Idul Adha di Masjid Al-Aqsa dan Tepi Barat memberikan gambaran yang mendalam tentang kondisi masyarakat Palestina yang hidup di tengah konflik. Selain itu, momen ini menjadi pengingat akan pentingnya solidaritas dan kepedulian terhadap sesama, terutama bagi mereka yang membutuhkan.