Krisis Matcha di Jepang: Permintaan Global yang Meningkat Picu Kelangkaan Pasokan

Krisis Matcha di Jepang: Permintaan Global yang Meningkat Picu Kelangkaan Pasokan

Industri matcha Jepang tengah menghadapi tantangan serius berupa kelangkaan pasokan yang signifikan. Meningkatnya popularitas minuman dan produk berbahan dasar matcha di pasar global telah melampaui kapasitas produksi domestik, mengakibatkan kekhawatiran akan ketersediaan matcha di masa mendatang. Kondisi ini bukan sekadar permasalahan stok, melainkan sebuah indikasi ketidakseimbangan antara permintaan yang terus membengkak dengan kemampuan produksi yang terbatas.

Berdasarkan laporan dari Japan Times, beberapa produsen matcha di Kyoto telah memberlakukan pembatasan penjualan, baik untuk konsumen lokal maupun turis asing, sejak tahun lalu. Situasi ini diperparah dengan proyeksi produksi matcha yang baru akan pulih sepenuhnya pada bulan April 2025. Meskipun beberapa produsen merasa optimistis, kekhawatiran masih membayangi terkait kemampuan memenuhi permintaan jangka panjang. Lonjakan produksi matcha dari 1.471 ton pada tahun 2013 menjadi 4.176 ton pada tahun 2023, menurut data Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, menjadi bukti kuat dari peningkatan permintaan global yang signifikan.

Faktor pendorong utama krisis ini adalah tren konsumsi matcha yang terus meningkat di seluruh dunia. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Fumi Ueki, kepala Leaf Band Group, perusahaan teh terbesar di Jepang. Ueki menjelaskan bahwa survei terhadap wisatawan asing menunjukkan minat yang tinggi terhadap manfaat kesehatan matcha, melampaui aspek rasa semata. Media sosial juga berperan besar dalam meningkatkan popularitas matcha. Konten-konten menarik yang menampilkan berbagai kreasi matcha, seperti matcha latte dan minuman beraroma matcha, telah menjangkau pasar global, termasuk Timur Tengah, dan mendorong peningkatan permintaan secara drastis.

Shiori Yuen, kepala Divisi Luar Negeri dari perusahaan teh di Uji, Kyoto, mengonfirmasi lonjakan permintaan grosir matcha dalam tiga tahun terakhir. Ia juga menekankan pengaruh kreasi penyajian matcha terhadap daya tariknya. Namun, kendala utama yang dihadapi produsen adalah proses produksi matcha yang panjang dan rumit. Proses ini dimulai dari penanaman dan pemanenan tencha (jenis teh untuk matcha) hingga penggilingan yang membutuhkan waktu dan ketelitian tinggi. Bahkan penambahan lahan untuk perkebunan teh pun tidak menjadi solusi jangka pendek, karena membutuhkan waktu setidaknya lima tahun untuk panen pertama.

Tantangan yang dihadapi industri matcha Jepang ini membutuhkan strategi komprehensif. Selain inovasi dalam metode produksi, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, produsen, dan distributor untuk memastikan keberlanjutan industri matcha sekaligus memenuhi permintaan pasar global yang terus meningkat. Pembatasan ekspor sementara mungkin menjadi pertimbangan untuk memastikan pasokan matcha di pasar domestik. Lebih lanjut, edukasi dan promosi tentang proses produksi matcha yang kompleks diharapkan dapat meningkatkan apresiasi konsumen global terhadap nilai dan kualitas matcha Jepang.

Berikut poin-poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Meningkatnya permintaan global: Popularitas matcha di media sosial dan manfaat kesehatan yang diyakini telah mendorong peningkatan permintaan yang signifikan.
  • Kapasitas produksi terbatas: Proses produksi matcha yang kompleks dan waktu tanam yang panjang membatasi kemampuan produksi untuk memenuhi permintaan.
  • Pembatasan penjualan: Beberapa produsen matcha telah memberlakukan pembatasan penjualan untuk mengelola pasokan yang terbatas.
  • Proyeksi produksi: Produksi matcha diperkirakan baru akan pulih sepenuhnya pada April 2025.
  • Perlu strategi komprehensif: Kolaborasi antara pemerintah, produsen, dan distributor sangat penting untuk memastikan keberlanjutan industri matcha.