Israel Hadang Kapal Bantuan Gaza, Kecaman Internasional Mengalir Deras
Kontroversi Penyekatan Bantuan Kemanusiaan ke Gaza oleh Israel Menuai Kecaman Internasional
Kontroversi kembali mencuat setelah Israel melakukan pencegatan terhadap kapal Madleen yang membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza. Kapal tersebut merupakan bagian dari Koalisi Freedom Flotilla, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk menyalurkan bantuan langsung ke wilayah yang dilanda konflik.
Israel, melalui Kementerian Luar Negerinya, mengklaim bahwa kapal Madleen telah tiba "dengan selamat" di pantai Israel. Mereka juga menyatakan bahwa para awak kapal, termasuk aktivis iklim Greta Thunberg, akan segera dipulangkan ke negara asal mereka. Kementerian Luar Negeri Israel berdalih bahwa tindakan provokasi media yang dilakukan oleh para aktivis tersebut hanya bertujuan untuk mencari ketenaran, sementara Israel telah menyalurkan lebih dari 1.200 truk bantuan ke Gaza dalam dua minggu terakhir. Bantuan yang dibawa oleh kapal tersebut akan disalurkan melalui jalur kemanusiaan yang resmi.
Pernyataan tersebut kontras dengan tuduhan Koalisi Freedom Flotilla, yang menuduh Israel telah "menculik" para aktivis yang berada di kapal. Mereka juga mengklaim bahwa kapal Madleen telah "diserang di perairan internasional" dan disemprot dengan "zat iritasi putih" sebelum diduduki secara ilegal oleh pasukan Israel. Koalisi tersebut juga melaporkan bahwa komunikasi dengan kapal terputus dan terdengar suara-suara aneh di radio komunikasi.
Tindakan Israel ini segera menuai kecaman keras dari berbagai pihak. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengecam intersepsi kapal Madleen sebagai tindakan yang menunjukkan ketidakpedulian Israel terhadap hukum internasional dan pukulan berat bagi penderitaan rakyat Gaza. Retno Marsudi menekankan bahwa blokade Israel di darat dan laut merupakan bentuk hukuman kolektif yang memperburuk risiko kelaparan massal di Gaza. Ia mendesak Israel untuk memastikan penyaluran bantuan kemanusiaan secara berkelanjutan dan tanpa hambatan, serta menjamin keselamatan pekerja kemanusiaan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga turut mengecam tindakan Israel tersebut sebagai sesuatu yang memalukan dan skandal. Macron mendesak pembukaan kembali rute pasokan kemanusiaan ke Gaza dan memastikan bahwa keenam warga negara Prancis yang berada di kapal Madleen dapat segera kembali ke Prancis.
Insiden ini kembali menyoroti isu krusial terkait akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Meskipun upaya internasional untuk membuka koridor maritim patut diapresiasi, banyak pihak yang menekankan bahwa akses bantuan melalui jalur darat tetap menjadi kebutuhan paling mendesak.
Komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, didesak untuk bertindak tegas dalam melindungi warga sipil dan mengadopsi resolusi untuk mengakhiri blokade serta menjamin akses kemanusiaan ke Gaza.