Danantara Pertimbangkan Investasi di GOTO: Langkah Strategis di Tengah Isu Merger dengan Grab?
Spekulasi mengenai potensi merger antara PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Grab Holdings semakin memanas. Di tengah isu tersebut, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), sebuah badan investasi milik negara, dilaporkan sedang menjajaki kemungkinan investasi di GOTO. Langkah ini memunculkan berbagai pertanyaan mengenai keuntungan, kerugian, dan implikasi strategisnya bagi ekosistem digital Indonesia.
Rumor yang beredar menyebutkan bahwa Danantara berencana mengakuisisi minoritas saham GOTO sebagai bagian dari skema merger dengan Grab. Analis pasar modal, Hendra Wardana, menilai bahwa langkah ini merupakan strategi pemerintah untuk menjaga kedaulatan atas aset teknologi digital nasional. Mengingat Grab adalah perusahaan yang berbasis di Singapura, kehadiran Danantara diharapkan dapat menjadi penyeimbang dan mencegah dominasi asing atas salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia. GOTO dinilai bukan hanya sebagai penyedia layanan transportasi daring, melainkan juga ekosistem digital yang mencakup e-commerce, layanan keuangan, dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), seperti Sahabat-AI.
Keterlibatan Danantara dipandang memiliki beberapa keuntungan. Pertama, memastikan adanya pengaruh nasional dalam arah strategis perusahaan. Kedua, membuka peluang sinergi antara GOTO dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau ekosistem Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia. Ketiga, berpotensi meraih capital gain jika GOTO berhasil mencapai profitabilitas. Namun, risiko tetap ada, terutama mengingat kondisi keuangan GOTO yang masih mencatatkan kerugian. Sebagian besar modal Danantara berasal dari dividen BUMN, sehingga keputusan investasi ini menjadi sangat sensitif.
Dalam jangka pendek, investasi ini mungkin dinilai berisiko tinggi. Namun, dalam jangka menengah hingga panjang, ini bisa menjadi keputusan yang tepat jika didukung dengan tata kelola yang kuat, mitigasi risiko yang matang, dan strategi keluar yang jelas. Risiko lain termasuk potensi intervensi politik dalam pengambilan keputusan bisnis dan ketergantungan pada arah strategis Grab, yang diperkirakan akan menjadi pemegang saham dominan dalam skema merger ini.
Bagi GOTO, masuknya Danantara sebagai investor minoritas bersama Grab membawa manfaat signifikan. Selain mendapatkan suntikan dana untuk memperkuat struktur permodalan dan mempercepat roadmap menuju profitabilitas, kehadiran Danantara juga memperkuat legitimasi nasional perusahaan, mengurangi kekhawatiran publik dan regulator tentang dominasi asing, serta mempermudah hubungan dengan pemerintah. Namun, terlalu banyak pemangku kepentingan baru juga bisa memperumit pengambilan keputusan dan menghambat kelincahan operasional GOTO.
Apabila integrasi antara Grab dan GOTO berhasil dilakukan dengan efisien dan didukung oleh kekuatan teknologi seperti Sahabat-AI, maka gabungan dua ekosistem ini berpotensi menciptakan kekuatan pasar yang sangat besar di sektor logistik, layanan pesan-antar, keuangan digital, dan kecerdasan buatan berbasis lokal. Fokus GOTO pada pengembangan AI lokal yang relevan dengan konteks bahasa dan budaya Indonesia juga menjanjikan potensi bisnis yang besar di masa depan.
Dampak terhadap saham GOTO pun bisa signifikan. Masuknya investor strategis seperti Grab dan Danantara dapat membangkitkan kembali kepercayaan investor yang sempat meredup sejak Initial Public Offering (IPO). Jika restrukturisasi dan efisiensi operasional terus berlanjut, serta model bisnis GOTO mulai mencatatkan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) positif, maka valuasi saham berpotensi meningkat. Namun, risiko dilusi akibat penerbitan saham baru dalam proses akuisisi, atau jika ekspektasi terhadap hasil merger tidak tercapai, tetap mengintai.
Kondisi pasar yang masih menantang dan persaingan ketat dengan pemain lain akan terus menjadi ujian bagi GOTO. Jika merger Grab dan GOTO benar-benar terealisasi dengan struktur yang akomodatif terhadap pemegang saham publik, bukan tidak mungkin saham GOTO akan kembali diperdagangkan di area psikologis tertentu. Faktor-faktor penentu mencakup sentimen positif pasar terhadap masuknya Grab dan Danantara, sinyal pemulihan menuju profitabilitas, serta struktur transaksi yang tidak menimbulkan dilusi berlebihan. Keputusan investasi Danantara dalam GOTO melalui skema bersama Grab bisa menjadi langkah strategis dengan dampak besar bagi industri digital Indonesia, namun harus dilakukan dengan kehati-hatian, akuntabilitas tinggi, serta pengawasan publik yang memadai.