Generasi Z China Hadapi 'Fenomena Manusia Tikus': Respon Terhadap Tekanan dan Burnout

Fenomena "manusia tikus" yang mencuat di kalangan Generasi Z (Gen Z) di China menjadi sorotan karena dianggap sebagai bentuk respons terhadap tekanan hidup dan burnout yang mereka alami. Alih-alih terjun dalam persaingan dunia kerja yang ketat, mereka memilih untuk menghabiskan waktu di dalam kamar, beristirahat, bermain game, atau berselancar di media sosial. Namun, tren ini tidak lepas dari kritik dan perbandingan dengan generasi sebelumnya.

Psikolog klinis dewasa, Adelia Octavia Siswoyo, menekankan bahwa membandingkan pengalaman antar generasi adalah tindakan yang kontraproduktif. Perbandingan semacam itu justru dapat memicu konflik dan permusuhan antar generasi. Ia mencontohkan situasi di dunia kerja, di mana generasi yang lebih tua seringkali merasa pengalaman masa lalu mereka relevan untuk menghadapi tantangan saat ini. Padahal, konteks sosial dan tekanan psikologis yang dihadapi setiap generasi sangat berbeda.

Adelia menjelaskan bahwa menggunakan pengalaman pribadi sebagai referensi tidaklah selalu buruk, asalkan dilakukan dengan pendekatan yang empatik. Ia menyarankan agar komunikasi lintas generasi dilakukan dengan memahami fokus dan keinginan masing-masing generasi, serta cara mereka merasa nyaman dalam berdiskusi dan merespons tuntutan sosial.

Berikut beberapa poin penting dalam memahami komunikasi lintas generasi:

  • Fokus dan Keinginan: Identifikasi apa yang menjadi prioritas masing-masing generasi dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.
  • Kenyamanan Berdiskusi: Pahami cara yang paling efektif dan nyaman bagi setiap generasi dalam berdiskusi dan bertukar pikiran.
  • Respons Terhadap Tuntutan Sosial: Kenali bagaimana setiap generasi merespons tekanan dan harapan yang ada di lingkungan sosial.

Dengan memahami konteks dan pendekatan komunikasi yang tepat, generasi yang lebih tua dapat menjadi pendamping yang suportif bagi Gen Z, alih-alih menambah tekanan dengan membandingkan pengalaman dan nasib.

Fenomena "manusia tikus" ini menjadi refleksi bagi masyarakat luas mengenai pentingnya kesehatan mental dan keseimbangan hidup, terutama bagi generasi muda yang menghadapi tantangan dunia modern.