Gelombang PHK Hantam Industri Perhotelan Jawa Tengah: Ratusan Hotel Terancam Dijual Akibat Sepinya Okupansi
Industri perhotelan di Jawa Tengah tengah menghadapi masa-masa sulit. Akibat penurunan drastis tingkat hunian, terutama setelah adanya kebijakan efisiensi anggaran, banyak hotel yang kini terpaksa dijual. Fenomena ini mencerminkan dampak signifikan dari perubahan kondisi ekonomi terhadap sektor pariwisata.
Berdasarkan penelusuran di berbagai platform jual beli properti daring, sejumlah hotel di berbagai daerah di Jawa Tengah kini aktif dipasarkan. Salah satu contohnya adalah sebuah hotel di Kebumen dengan luas area tiga hektar yang ditawarkan dengan harga fantastis, mencapai Rp 200 miliar. Selain itu, sebuah bangunan bekas hotel dengan 15 lantai di Kota Semarang juga terpantau dijual melalui kanal daring.
Benk Mintosih, Penasehat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah, mengkonfirmasi kondisi memprihatinkan yang tengah dialami industri perhotelan. Ia menjelaskan bahwa hotel-hotel bintang tiga ke atas menjadi pihak yang paling terdampak, terutama mereka yang bisnisnya hanya bergantung pada operasional hotel. Penurunan pendapatan yang signifikan memaksa banyak pengelola hotel untuk mengambil langkah berat, termasuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawan.
"Jumlah pegawai yang terkena PHK sudah mencapai lebih dari seribu orang di Jawa Tengah," ungkap Benk. Ia menambahkan bahwa PHK telah menjadi fenomena umum di berbagai hotel di seluruh Jawa Tengah, terutama yang memiliki fasilitas ruang pertemuan. Selain PHK, banyak hotel juga menghentikan penggunaan tenaga harian sebagai upaya untuk menekan biaya operasional.
Meski demikian, Benk juga mengakui bahwa masih ada beberapa hotel yang berupaya untuk tidak melakukan PHK, meskipun jumlahnya tidak banyak. Mereka mencoba berbagai cara untuk mempertahankan karyawan, seperti menerapkan sistem kerja bergilir.
Salah satu penyebab utama penurunan pendapatan hotel adalah berkurangnya kegiatan MICE (Meetings, Incentives, Convention, and Exhibitions). Benk menjelaskan bahwa wisatawan umum tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendapatan dari kegiatan MICE, karena kegiatan MICE biasanya mencakup paket lengkap, mulai dari kamar, ruang rapat, hingga layanan restoran.
Benk Mintosih menghimbau pemerintah untuk segera memberikan stimulus atau relaksasi kepada industri perhotelan agar industri ini kembali bangkit.
Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut:
- Efisiensi Anggaran: Kebijakan efisiensi anggaran berdampak pada berkurangnya kegiatan pemerintah yang biasanya diselenggarakan di hotel.
- Penurunan Kegiatan MICE: Berkurangnya kegiatan MICE juga berkontribusi terhadap penurunan tingkat hunian hotel.
- Persaingan: Meningkatnya persaingan di industri perhotelan juga menekan pendapatan hotel.
- Kondisi Ekonomi: Kondisi ekonomi yang kurang stabil juga berdampak pada daya beli masyarakat, sehingga mengurangi jumlah wisatawan yang menginap di hotel.