Studi BRIN Soroti Kepemimpinan Lokal Sebagai Garda Depan Adaptasi Perubahan Iklim
Pemimpin Lokal: Kunci Ketahanan Iklim Menurut Riset BRIN
Penelitian terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyoroti peran krusial pemimpin lokal dalam membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim. Studi yang dilakukan oleh Inayah Hidayati, seorang peneliti dari Pusat Riset Hukum BRIN, menemukan bahwa pemimpin yang efektif adalah mereka yang memiliki visi jelas, adaptif terhadap perubahan, mampu berkolaborasi, dan memiliki kemampuan membangun solidaritas di tengah masyarakat.
Inayah melakukan penelitiannya di Demak, Jawa Tengah, sebuah wilayah pesisir yang rentan terhadap dampak perubahan iklim seperti banjir rob dan abrasi. Penelitian ini menyoroti bahwa tekanan akibat perubahan iklim telah menjadi tantangan sehari-hari bagi masyarakat setempat, bahkan mengancam keberlangsungan hidup mereka melalui potensi migrasi permanen. Oleh karena itu, peran pemimpin lokal menjadi sangat penting dalam memobilisasi komunitas untuk menghadapi tantangan kenaikan permukaan air laut.
Karakteristik Pemimpin Lokal Efektif
Selain memiliki visi, kemampuan adaptasi, kolaborasi, dan solidaritas, pemimpin lokal juga harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dan budaya dalam setiap kebijakan adaptasi iklim. Dalam konteks masyarakat yang masih kental dengan sistem patriarki, pemimpin perempuan juga terbukti memainkan peran signifikan dalam menggerakkan perubahan positif.
Demak, sebagai wilayah rawan banjir dan terletak di daerah aluvial, menjadi lokasi strategis untuk mempelajari adaptasi terhadap perubahan iklim. Konvergensi air dari berbagai arah menyebabkan banjir rob yang semakin parah dan sering terjadi, yang berdampak luas pada sektor ekonomi, infrastruktur, dan sosial kemasyarakatan.
Kepemimpinan Transformasional dari Akar Rumput
Penelitian Inayah sejak tahun 2023 menemukan bahwa kepemimpinan transformasional muncul dari tokoh-tokoh lokal, baik yang berada dalam struktur pemerintahan formal maupun yang tumbuh secara organik dari masyarakat. Para pemimpin ini memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan warga yang terdampak bencana iklim dan mampu memberikan solusi yang relevan.
Salah satu contohnya adalah pemimpin di Desa Timbulsloko yang berhasil memimpin upaya penanaman dan pengelolaan hutan mangrove. Inisiatif ini tidak hanya melindungi garis pantai, tetapi juga berkembang menjadi kegiatan ekonomi berbasis komunitas, seperti produksi teh dan olahan mangrove lainnya yang mendapat pengakuan dari pemerintah.
Di Kecamatan Wedung, inisiatif perempuan dalam mengolah hasil tambak pasca banjir juga menciptakan unit usaha mikro yang berkelanjutan. Mereka bekerja sama dengan dinas-dinas terkait dan memanfaatkan pelatihan serta bantuan yang tersedia untuk membangun ketahanan ekonomi keluarga.
Contoh lainnya datang dari generasi muda yang kembali ke kampung halaman dan mengembangkan usaha pengeringan serta pengolahan hasil laut. Mereka menerapkan strategi pemasaran digital untuk memperluas jangkauan produk lokal, sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian wilayah.
Ketahanan Iklim: Tanggung Jawab Bersama
Studi ini menegaskan bahwa ketahanan iklim bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga bergantung pada kapasitas pemimpin lokal dalam menggerakkan komunitas, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. Dengan kepemimpinan yang kuat dan kolaborasi yang efektif, masyarakat dapat menghadapi tantangan perubahan iklim dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.