Evo Morales Terjerat Investigasi Terorisme di Bolivia Akibat Dugaan Blokade Jalan
Mantan Presiden Bolivia, Evo Morales, kini menghadapi penyelidikan serius atas tuduhan terorisme yang diluncurkan oleh Kejaksaan Agung Bolivia. Jaksa Agung Roger Mariaca mengumumkan bahwa investigasi ini dipicu oleh dugaan keterlibatan Morales dalam menginstruksikan para pendukungnya untuk melakukan blokade jalan yang melumpuhkan sejumlah wilayah di negara tersebut. Tuduhan ini muncul setelah Morales dicekal untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum mendatang.
Blokade jalan yang dituduhkan diperintahkan oleh Morales telah menyebabkan gangguan signifikan terhadap pasokan makanan dan bahan bakar ke kota La Paz, ibu kota Bolivia. Kondisi ini berlangsung selama beberapa hari dan menimbulkan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai jutaan dolar. Pemerintah Bolivia menuduh bahwa aksi blokade ini merupakan tindakan terorisme, hasutan publik untuk melakukan kejahatan, dan serangan terhadap keamanan layanan publik.
Morales, yang pernah menjadi salah satu pemimpin terlama di Amerika Latin, mengundurkan diri dari jabatannya pada tahun 2019 di tengah tekanan politik setelah upayanya untuk memperpanjang masa jabatannya selama 13 tahun. Upaya ini ditentang oleh Mahkamah Konstitusi, yang menegaskan batasan dua periode jabatan presiden di Bolivia.
Kontroversi semakin memanas ketika upaya Morales untuk mendaftarkan diri sebagai kandidat presiden dalam pemilihan umum yang dijadwalkan pada 17 Agustus ditolak oleh pejabat pemilu. Penolakan ini didasarkan pada larangan konstitusional yang menghalangi Morales untuk mencalonkan diri kembali.
Bukti yang memberatkan Morales muncul dalam bentuk rekaman audio yang bocor. Dalam rekaman tersebut, terdengar suara yang diduga sebagai Morales mendesak para pendukungnya di wilayah pertanian utama Bolivia untuk menutup dua jalan utama menuju La Paz sebagai bentuk protes atas penolakan pencalonannya. Meskipun demikian, tim kampanye Morales membantah keaslian rekaman tersebut dan mengklaim bahwa rekaman tersebut adalah hasil rekayasa menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Pemerintah Bolivia menindaklanjuti kasus ini dengan mengajukan pengaduan resmi terhadap Morales atas tuduhan terorisme, hasutan publik untuk melakukan kejahatan, dan serangan terhadap keamanan layanan publik. Akibat blokade jalan tersebut, sekitar 30 petugas polisi dilaporkan terluka dalam bentrokan dengan para demonstran. Jika terbukti bersalah atas tuduhan terorisme, Morales dapat menghadapi hukuman penjara antara 15 hingga 20 tahun.
Berikut adalah poin penting dalam berita ini:
- Investigasi Terorisme: Evo Morales sedang diselidiki atas tuduhan terorisme.
- Blokade Jalan: Tuduhan ini terkait dengan dugaan perintah untuk memblokade jalan menuju La Paz.
- Kerugian Ekonomi: Blokade jalan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan.
- Larangan Pencalonan: Morales dilarang mencalonkan diri dalam pemilihan umum mendatang.
- Rekaman Audio: Rekaman audio yang bocor menjadi bukti kunci dalam kasus ini.
- Potensi Hukuman: Morales menghadapi potensi hukuman penjara jika terbukti bersalah.