Masjid Pemuda Konsulat Surabaya: Suaka 24 Jam bagi Musafir dan Simbol Toleransi
Masjid Pemuda Konsulat Surabaya: Suaka 24 Jam bagi Musafir dan Simbol Toleransi
Berlokasi di Jalan Kalikepiting, Kecamatan Tambaksari, Surabaya, Masjid Pemuda Konsulat telah menjadi tempat peristirahatan bagi para musafir selama 24 jam penuh. Berbeda dari masjid pada umumnya, bangunan yang awalnya merupakan Kantor Konsulat Filipina ini, resmi difungsikan sebagai tempat ibadah dan pusat pelayanan bagi siapapun yang membutuhkan pada 1 Ramadhan 2022. Transformasi ini mencerminkan komitmen yang kuat untuk melayani masyarakat, tanpa memandang latar belakangnya.
Memiliki desain sederhana dengan bangunan persegi dan pintu kaca di bagian depan, masjid ini mungkin tampak kecil dari luar, namun di dalamnya terdapat fasilitas yang lengkap dan mengejutkan. Di dalam bangunan seluas sekitar 4x8 meter, terdapat berbagai perlengkapan ibadah seperti Al-Quran dan sajadah. Keberadaan dispenser air minum dan kotak amal yang tertata rapi di halaman masjid menambah kesan bersih dan terawat.
Yang membedakan Masjid Pemuda Konsulat adalah komitmennya untuk melayani musafir selama 24 jam. Hal ini, menurut Zakaria, salah satu relawan di masjid tersebut, terinspirasi dari praktik kenabian di masa lalu, di mana masjid difungsikan sebagai tempat istirahat bagi siapa saja. "Kami teladani apa yang sudah ada," ungkap Zakaria saat diwawancarai pada Selasa (11/3/2025). "Ada non-Muslim yang datang, kami jamun." Sikap inklusif ini menonjolkan spirit toleransi dan kemanusiaan yang menjadi ruh dari masjid ini.
Para musafir dapat datang langsung ke masjid atau melakukan konfirmasi terlebih dahulu melalui media sosial. Sistem registrasi yang diterapkan mencakup pemotretan KTP atau foto diri bagi yang tidak memiliki identitas. Data ini kemudian dilaporkan ke RT setempat demi keamanan dan ketertiban. "Nanti kami setor ke RT, jadi kalau ada apa-apa di sini kami laporannya ke RT-nya," tambah Zakaria, menjelaskan prosedur yang diterapkan.
Selain tempat istirahat, masjid ini menyediakan fasilitas yang lengkap dan nyaman. Tersedia matras untuk tidur dan perlengkapan mandi seperti sabun, sampo, dan sikat gigi. Lebih dari itu, masjid juga menyediakan makanan bagi para musafir, dengan syarat mereka turut menunaikan ibadah shalat di masjid. "Ada jamnya sendiri, satu hari satu kali ada sekitar 200 porsi. Kalau hari biasa (di luar Ramadhan), paginya ada sarapan untuk musafir, jadi bisa 1 sampai 2 kali makan per hari," jelas Zakaria. Ketersediaan makanan ini menjadi bukti nyata kepedulian dan komitmen masjid dalam meringankan beban para musafir.
Dengan fasilitas yang komprehensif dan pelayanan selama 24 jam, Masjid Pemuda Konsulat menjadi lebih dari sekadar tempat ibadah. Ia menjadi suaka bagi para musafir, tempat peristirahatan, dan simbol nyata dari toleransi dan kepedulian masyarakat Surabaya. Inisiatif ini layak diapresiasi dan diharapkan dapat menginspirasi masjid-masjid lain untuk memberikan layanan serupa bagi masyarakat yang membutuhkan.