Terobosan Energi Terbarukan: Limbah Kulit Pisang Jadi Sumber Daya Baterai Potensial

markdown Kulit pisang, yang seringkali hanya berakhir sebagai sampah, kini menunjukkan potensinya sebagai sumber energi alternatif yang menjanjikan. Para ilmuwan telah berhasil mengembangkan teknologi untuk mengubah limbah kulit pisang menjadi komponen penting dalam pembuatan baterai, membuka jalan bagi solusi energi yang lebih berkelanjutan.

Konversi Limbah Biomassa Menjadi Energi Terbarukan

Pada tahun 2022, sebuah tim peneliti dari Swiss menemukan metode inovatif untuk menghasilkan energi terbarukan dari berbagai limbah biomassa, termasuk kulit pisang. Teknik yang disebut fototermal ini menggunakan lampu berintensitas tinggi untuk menyengat kulit pisang kering, mengubahnya secara langsung menjadi sumber energi. Proses serupa juga dapat diterapkan pada limbah organik lainnya seperti kulit jeruk, bonggol jagung, biji kopi, dan kulit kelapa.

Dr. Bhawna Nagar dari École Polytechnique fédérale de Lausanne (EPFL) menjelaskan, "Kami dapat mengubah limbah biomassa ini menjadi produk akhir yang bermanfaat dalam waktu singkat dengan menggunakan lampu kilat xenon."

Metode konvensional untuk mengubah biomassa menjadi energi melibatkan proses kimiawi menggunakan panas, seperti gasifikasi dan pirolisis. Gasifikasi memanaskan material organik hingga 1.000°C, menghasilkan syngas (campuran hidrogen, metana, karbon monoksida, dan karbon dioksida) yang dapat digunakan sebagai biofuel. Proses ini meninggalkan residu karbon padat yang dikenal sebagai biochar atau arang.

Pirolisis, di sisi lain, menguraikan biomassa pada suhu yang lebih rendah (400-800°C) dalam lingkungan tanpa oksigen. Namun, proses ini memerlukan reaktor khusus yang mampu menangani suhu dan tekanan tinggi.

Foto-pirolisis: Solusi yang Lebih Sederhana dan Efisien

Sebagai alternatif, foto-pirolisis menawarkan metode yang lebih sederhana. Proses ini menggunakan lampu xenon yang memancarkan cahaya putih terang untuk memicu konversi biomassa dalam hitungan milidetik. Untuk mengolah kulit pisang, pertama-tama kulit tersebut dikeringkan pada suhu sekitar 100°C selama 24 jam. Kemudian, kulit pisang yang kering digiling dan diayak menjadi bubuk halus sebelum ditempatkan dalam reaktor baja tahan karat.

"Setiap kilogram biomassa kering dapat menghasilkan sekitar 100 liter hidrogen dan 330 gram biochar, yang setara dengan 33 persen berat dari massa kulit pisang kering asli," ungkap Dr. Nagar.

Manfaat Ganda: Produksi Hidrogen dan Biochar

Pemecahan biomassa alami menjadi gas dan arang menawarkan solusi cerdas, cepat, dan ramah lingkungan untuk produksi hidrogen. Biochar yang dihasilkan juga memiliki nilai tambah, karena dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan tanah atau disimpan sebagai strategi penangkapan karbon.

Para ilmuwan berharap metode ini dapat ditingkatkan dan diterapkan pada limbah industri lainnya, seperti ban. Potensi fotopirolisis surya, yang memanfaatkan energi matahari, juga sedang dieksplorasi untuk menciptakan solusi yang lebih berkelanjutan.

Penelitian di Indonesia

Riset mengenai pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai sumber energi juga dilakukan oleh berbagai tim ilmuwan di Indonesia. Tim ilmuwan dari Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada tahun 2017 telah mempublikasikan riset mengenai pembuatan bio baterai berbahan dasar kulit pisang pada Hasanuddin Student Journal Vol 1 No 2. Selain itu, tim ilmuwan dari Institut Teknologi Telkom Surabaya pada 2022 meneliti pemakaian limbah kulit pisang sebagai pengganti elektrolit pada baterai dan dipublikasikan di kumpulan karya tulis ilmiah nasional 2022.