Sengketa Kuil Preah Vihear: Simbol Warisan Budaya di Tengah Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja

Kawasan perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas setelah insiden penembakan yang merenggut nyawa seorang tentara Kamboja pada tanggal 28 Mei 2025. Insiden ini menjadi babak baru dalam sengketa wilayah yang telah berlangsung lama, yang melibatkan isu nasionalisme dan warisan budaya yang belum terselesaikan. Kuil Preah Vihear menjadi pusat dari konflik yang kompleks ini, menjadi simbol kebanggaan budaya bagi kedua negara sekaligus area yang diperebutkan.

Kuil Preah Vihear, dikenal juga dengan nama Khao Phra Viharn di Thailand, merupakan kompleks candi Hindu yang dibangun pada abad ke-11. Lokasinya yang berada tepat di garis perbatasan menjadikannya titik sensitif dalam hubungan bilateral kedua negara. Kuil ini adalah mahakarya arsitektur Khmer, membentang sepanjang 800 meter di atas tebing curam yang menghadap ke dataran Kamboja. Keindahan arsitekturnya yang unik, menyatu harmonis dengan lanskap alam sekitarnya, dan dedikasinya kepada Dewa Siwa menjadikannya warisan budaya yang tak ternilai harganya. UNESCO mengakui nilai universal Kuil Preah Vihear dengan menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 2008.

Namun, penetapan tersebut justru memperuncing ketegangan antara Thailand dan Kamboja. Meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) telah memutuskan pada tahun 1962 bahwa kuil tersebut merupakan bagian dari wilayah Kamboja, Thailand terus mengajukan klaim atas wilayah di sekitarnya. Eskalasi ketegangan mencapai puncaknya setelah Kamboja mengajukan Kuil Preah Vihear ke UNESCO, yang memicu serangkaian baku tembak antara tahun 2008 dan 2011, mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di kedua belah pihak.

Pada tahun 2013, ICJ kembali mengeluarkan putusan yang menegaskan bahwa wilayah di sekitar kuil juga berada di bawah yurisdiksi Kamboja. ICJ memerintahkan Thailand untuk menarik pasukan militernya dari wilayah tersebut. Keputusan ICJ didasarkan pada peta perbatasan yang dibuat oleh Prancis pada tahun 1907, ketika Kamboja masih menjadi bagian dari koloni Indochina Prancis. Peta tersebut menetapkan batas negara berdasarkan garis pemisah alami (watershed), namun validitas peta tersebut kemudian diperdebatkan oleh Thailand. Akibatnya, beberapa titik di sepanjang perbatasan masih belum ditandai secara resmi hingga saat ini.

Sengketa Kuil Preah Vihear mencerminkan kompleksitas hubungan Thailand dan Kamboja, yang diwarnai oleh sejarah panjang persaingan dan klaim teritorial. Meskipun terdapat upaya diplomatik untuk menyelesaikan sengketa tersebut, sentimen nasionalisme yang kuat di kedua negara terus menjadi penghalang bagi penyelesaian damai. Masa depan Kuil Preah Vihear, dan wilayah perbatasan sekitarnya, masih belum pasti, dan memerlukan dialog berkelanjutan dan komitmen untuk menghormati hukum internasional untuk mencegah terulangnya konflik di masa depan.

Faktor-faktor yang memperumit sengketa:

  • Sejarah Panjang Sengketa: Klaim teritorial yang tumpang tindih telah menjadi sumber ketegangan antara Thailand dan Kamboja selama berabad-abad.
  • Nasionalisme: Sentimen nasionalisme yang kuat di kedua negara memperkeras posisi masing-masing dan mempersulit kompromi.
  • Warisan Budaya: Kuil Preah Vihear memiliki makna simbolis yang besar bagi kedua negara, menjadikannya titik fokus kebanggaan dan identitas nasional.
  • Interpretasi Peta: Perbedaan interpretasi terhadap peta perbatasan yang dibuat pada era kolonial menjadi sumber utama perselisihan.
  • Kepentingan Politik Domestik: Para politisi di kedua negara seringkali menggunakan isu perbatasan untuk meningkatkan dukungan domestik.

Sengketa Kuil Preah Vihear adalah pengingat akan kompleksitas hubungan internasional, di mana sejarah, budaya, dan politik saling terkait erat. Penyelesaian damai dari sengketa ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang akar permasalahannya, serta komitmen untuk menghormati hukum internasional dan kepentingan bersama kedua negara.