Tradisi Menyeberangkan Jenazah di Sungai: Potret Panjang Aksesibilitas Terpencil di Ponorogo
Keterbatasan aksesibilitas masih menjadi tantangan di sejumlah wilayah Indonesia. Sebuah video yang beredar baru-baru ini kembali menyoroti realitas tersebut, memperlihatkan warga Desa Jalen, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menggotong keranda jenazah melintasi sungai.
Peristiwa ini, yang terekam dalam video berdurasi 28 detik, memperlihatkan sejumlah warga bahu-membahu memikul keranda jenazah menyeberangi aliran sungai. Tujuan mereka adalah pemakaman yang terletak di seberang sungai, sebuah lokasi yang terpisahkan oleh bentangan air.
Menurut keterangan Ahmad Sahlan, Kasi Pemerintahan Desa Jalen, jenazah yang dibawa adalah Mbah Soirah, seorang warga Dusun Jalen Kidul yang telah berusia 80 tahun. Prosesi pemakaman dilaksanakan pada hari Minggu, 8 Juni 2025. Tradisi ini bukan merupakan hal yang baru di desa tersebut. Warga setempat memilih menyeberangi sungai karena pertimbangan jarak. Jika melalui jalan umum, mereka harus menempuh perjalanan sejauh lebih dari 2 kilometer. Sementara itu, dengan menyeberangi sungai, jarak yang ditempuh hanya sekitar 500 meter.
Kepala Dusun Jalen Kidul, Jemani, mengungkapkan bahwa tradisi menyeberangkan jenazah di sungai telah berlangsung selama puluhan tahun, bahkan sejak generasi pendahulu mereka. Meskipun harus menguburkan jenazah pada malam hari, warga tetap memilih untuk menyeberangi sungai karena pertimbangan kepraktisan dan efisiensi. Keranda jenazah yang masih dipikul secara manual membuat perjalanan memutar melalui jalan umum terasa lebih berat dan melelahkan.
Dusun Jalen Kidul sendiri memiliki karakteristik geografis yang unik. Terdapat lima kepala keluarga yang tinggal di sebelah barat sungai dusun. Akses menuju dusun tersebut sangat terbatas. Satu-satunya jalan darat yang tersedia mengharuskan warga untuk memutar sejauh sekitar 2 kilometer. Dengan menyeberangi sungai, waktu tempuh menuju pemakaman umum Desa Jalen hanya sekitar 5 menit.
Tradisi ini menggambarkan potret panjang keterbatasan infrastruktur dan aksesibilitas di wilayah terpencil. Meskipun memiliki nilai gotong royong dan kebersamaan yang kuat, praktik ini juga menimbulkan pertanyaan tentang perlunya solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah aksesibilitas di Desa Jalen dan wilayah-wilayah serupa di Indonesia.