Varian COVID-19 Nimbus Menginvasi 22 Negara: Analisis Cepat Penyebaran dan Tingkat Keparahan
Gelombang baru kekhawatiran global muncul seiring dengan penyebaran cepat varian COVID-19 baru, yang dikenal sebagai Nimbus atau secara resmi NB.1.8.1. Varian ini telah ditetapkan sebagai Varian Under Monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memicu kewaspadaan di seluruh dunia.
Sebaran Global yang Meningkat Pesat
Data terbaru menunjukkan bahwa hingga 18 Mei 2025, sebanyak 518 sekuens NB.1.8.1 telah dilaporkan ke GISAID dari 22 negara. Meskipun angka ini hanya mewakili 10,7 persen dari total sekuens global yang tersedia pada minggu epidemiologi ke-17 (21-27 April 2025), tren peningkatan prevalensinya sangat mengkhawatirkan. Hanya empat minggu sebelumnya, pada minggu epidemiologi ke-14 (31 Maret-6 April 2025), varian ini hanya mencakup 2,5 persen dari sekuens yang tersedia.
Peningkatan signifikan ini diamati di tiga wilayah WHO utama: Wilayah Pasifik Barat (WPR), Wilayah Amerika (AMR), dan Wilayah Eropa (EUR). Di WPR, prevalensi NB.1.8.1 melonjak dari 8,9 menjadi 11,7 persen, sementara di AMR, terjadi peningkatan dari 1,6 menjadi 4,9 persen, dan di EUR, dari 1,0 menjadi 6,0 persen. Sebaliknya, Wilayah Asia Tenggara (SEAR) hanya melaporkan 5 sekuens NB.1.8.1, dan tidak ada kasus yang dilaporkan dari Wilayah Afrika (AFR) maupun Wilayah Mediterania Timur (EMR).
Karakteristik dan Gejala Varian Nimbus
Varian Nimbus, yang pertama kali terdeteksi pada akhir Januari 2025, merupakan subvarian dari Omicron JN.1. Menurut Shira Doron MD, Kepala Pengendalian Infeksi di Tufts Medicine, varian ini secara genetik berbeda dari strain dominan saat ini, LP.8.1. Perbedaan ini, meskipun belum sepenuhnya dipahami, memicu kekhawatiran tentang potensi dampaknya terhadap penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Pasien yang terinfeksi varian NB.1.8.1 dilaporkan mengalami berbagai gejala, termasuk:
- Demam atau menggigil
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat
- Kelelahan
- Kesulitan bernapas
- Diare
Penularan dan Tingkat Keparahan
Lara Herrero, seorang ahli virus dari Universitas Griffith di Australia, menduga bahwa NB.1.8.1 mungkin lebih mudah menular dibandingkan varian lain. Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa varian ini memiliki afinitas pengikatan yang kuat terhadap reseptor ACE2 manusia, yang dapat memungkinkannya menginfeksi sel dengan lebih efisien. Senada dengan pandangan ini, Dr. Chun Tang dari Pall Mall Medical mencatat bahwa perubahan pada protein lonjakan varian tersebut dapat meningkatkan kemampuannya untuk menyebar dan menghindari kekebalan yang ada.
Meskipun terdapat kekhawatiran tentang penularan yang lebih tinggi, WHO meyakinkan bahwa vaksin COVID-19 yang disetujui saat ini diperkirakan tetap efektif terhadap varian ini, baik untuk mencegah gejala maupun penyakit berat. WHO juga menyatakan bahwa data saat ini tidak menunjukkan bahwa NB.1.8.1 menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar, meskipun terdapat peningkatan kasus dan rawat inap di beberapa negara.
Respons dan Kewaspadaan Global
Dengan penyebaran varian NB.1.8.1 yang cepat, terutama di China dan Hong Kong, negara-negara di seluruh dunia meningkatkan upaya pengawasan dan pengujian untuk melacak penyebaran varian tersebut. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah mengidentifikasi varian ini di AS dan memantau pelancong internasional di bandara-bandara utama. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami karakteristik dan dampak varian Nimbus, kewaspadaan dan respons kesehatan masyarakat yang cepat sangat penting untuk meminimalkan potensi risiko.