Agresivitas Merek Otomotif China Picu Perang Harga Mobil Listrik di Indonesia

Gelombang investasi dari perusahaan otomotif asal Tiongkok semakin deras membanjiri pasar Indonesia, terutama di segmen kendaraan listrik (EV). Kehadiran mereka tak hanya meramaikan persaingan, tetapi juga memicu strategi harga yang kompetitif, memberikan keuntungan bagi konsumen.

Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menyoroti bahwa persaingan harga yang ketat antar merek asal China memiliki dampak signifikan terhadap dinamika pasar otomotif Indonesia. Menurutnya, fenomena ini memicu respons dari produsen lain, seperti Great Wall Motor (GWM), yang mengkhawatirkan potensi disrupsi industri. Merek lain seperti Geely dan Chery juga terlibat dalam kompetisi yang agresif. Sementara itu, pemain lama seperti Toyota dan Hyundai, meskipun belum secara langsung memangkas harga, mulai mempertimbangkan penyesuaian strategi.

Menurut Yannes, persaingan harga yang ekstrem di pasar domestik China telah mendorong pemerintah setempat untuk turun tangan, demi menjaga stabilitas industri. Praktik ini dipicu oleh kelebihan produksi dan persaingan yang sangat ketat di antara lebih dari 169 produsen otomotif di China. Pemerintah China mulai mengambil langkah-langkah untuk meredam praktik ini karena khawatir akan dampaknya terhadap keberlanjutan industri.

Namun, di sisi lain, Yannes melihat bahwa kondisi ini memberikan keuntungan bagi konsumen Indonesia. Dengan hadirnya mobil listrik yang terjangkau dan berkualitas, masyarakat memiliki lebih banyak pilihan dan kesempatan untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan.

Indikasi persaingan harga di segmen mobil listrik sudah terlihat sejak pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023. Saat itu, Wuling memperkenalkan Air EV Lite sebagai varian termurah dari lini Air EV. Dengan harga awal Rp 206 juta, setelah mendapatkan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipangkas menjadi 1 persen, harga jualnya turun menjadi Rp 188,9 juta. Harga ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan varian termurah Seres E1, yaitu E1 Type B yang dibanderol Rp 189 juta. Seres juga menawarkan varian E1 Type L dengan harga Rp 219 juta (on the road) DKI Jakarta.

Persaingan harga terus berlanjut dengan merek-merek lainnya. MG Motor Indonesia, misalnya, tercatat telah dua kali menurunkan harga MG4 EV sejak pertama kali diluncurkan di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023. Pada saat itu, MG4 EV yang masih diimpor dari Thailand dijual dengan harga mulai dari Rp 649,9 juta hingga Rp 699,9 juta. Harga ini lebih kompetitif dibandingkan dengan Hyundai Ioniq 5 (Rp 748 juta – Rp 859 juta) dan Nissan Leaf (Rp 738 juta).

Berikut adalah beberapa contoh strategi harga yang diterapkan oleh merek-merek otomotif China di Indonesia:

  • Wuling: Meluncurkan varian termurah Air EV Lite dengan harga yang sangat kompetitif.
  • Seres: Menawarkan dua varian E1 dengan harga yang bersaing.
  • MG: Menurunkan harga MG4 EV secara bertahap untuk menarik minat konsumen.

Persaingan harga di segmen mobil listrik ini diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan semakin banyaknya merek China yang masuk ke pasar Indonesia. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi konsumen yang memiliki lebih banyak pilihan mobil listrik dengan harga yang lebih terjangkau.