Pensiunan Guru di Bekasi Gelar Kelas Bahasa Jepang Online dengan Sistem Pembayaran Sukarela
Di tengah gempuran modernisasi dan komersialisasi pendidikan, seorang pensiunan guru Bahasa Jepang bernama Rudy Dermawan (64) membuat gebrakan unik. Berdomisili di Bekasi, Jawa Barat, Rudy membuka kelas bahasa Jepang secara daring dengan sistem pembayaran sukarela. Inisiatif ini menjadi angin segar bagi para penggemar budaya Jepang dan mereka yang ingin menguasai bahasa tersebut tanpa terbebani biaya yang mahal.
Ide awal kelas ini muncul dari keinginan Rudy untuk terus berbagi ilmu dan pengalaman yang dimilikinya setelah pensiun. Ia merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan bahasa. Dengan memanfaatkan platform Zoom, Rudy berhasil menjangkau peserta dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri seperti Jepang, Sumatera dan Kalimantan.
Sistem pembayaran sukarela yang diterapkan Rudy terbilang revolusioner. Ia tidak mematok tarif khusus, melainkan memberikan kebebasan kepada peserta untuk membayar sesuai dengan kemampuan dan kerelaan hati mereka. Ada yang membayar Rp5.000, ada pula yang memberikan donasi hingga Rp1.5 juta. Bagi Rudy, yang terpenting adalah keseriusan dan komitmen peserta dalam belajar. Ia tak segan mencoret nama peserta yang dianggap tidak bersungguh-sungguh.
Keberagaman latar belakang peserta menjadi daya tarik tersendiri bagi kelas Rudy. Mulai dari anak Sekolah Dasar (SD) yang baru mengenal huruf Jepang, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ingin mempersiapkan diri untuk studi ke Jepang, hingga mahasiswa pascasarjana (S2) yang membutuhkan kemampuan bahasa Jepang untuk penelitian, semua berkumpul dalam satu kelas virtual. Mereka belajar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan masing-masing, ada yang untuk persiapan ujian JLPT (Japanese-Language Proficiency Test), ada pula yang untuk menunjang studi atau karier.
Rudy menggunakan metode pembelajaran yang sederhana dan mudah dipahami, dengan fokus pada percakapan sehari-hari dan tata bahasa dasar. Buku "Minna no Nihongo" menjadi referensi utama dalam kelasnya. Ia juga memberikan fleksibilitas dalam jadwal belajar, dengan membuka sesi pagi, sore, dan malam, sehingga peserta dapat menyesuaikan dengan aktivitas masing-masing.
Lebih dari sekadar guru bahasa, Rudy juga berperan sebagai mentor bagi para peserta yang bermimpi untuk melanjutkan pendidikan ke Jepang. Ia dengan senang hati memberikan surat rekomendasi dan membantu dalam proses pendaftaran beasiswa. Dedikasi dan semangat Rudy dalam berbagi ilmu patut diacungi jempol. Meskipun kelasnya tidak berada di bawah naungan lembaga formal, ia berharap ilmunya dapat terus bermanfaat bagi banyak orang dan menjadi jembatan bagi mereka untuk meraih impian.