Remaja Cirebon Putus Asa Akibat Kendala Biaya Pendidikan, Mendapat Uluran Tangan dan Jadi Anak Asuh

Kisah pilu seorang remaja putri asal Cirebon, MMH (17), yang berupaya mengakhiri hidupnya dengan menenggak cairan pembersih lantai, mendapat respons cepat dari tokoh masyarakat Jawa Barat. Tindakan nekat tersebut dipicu oleh rasa putus asa karena terhambatnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) akibat keterbatasan ekonomi keluarga.

Menanggapi kejadian tersebut, tokoh masyarakat yang dikenal luas karena kepeduliannya terhadap isu-isu sosial, langsung mengambil tindakan nyata. Melalui platform media sosial, ia menyatakan keprihatinannya dan berjanji akan memberikan bantuan yang dibutuhkan agar MMH dapat kembali mengenyam pendidikan. Lebih dari itu, ia bahkan memutuskan untuk mengangkat MMH sebagai anak asuhnya, sebuah langkah yang menunjukkan komitmennya untuk memberikan dukungan jangka panjang bagi remaja tersebut.

Kisah MMH bermula ketika ia terpaksa berhenti sekolah di kelas 1 SMA pada bulan Desember tahun sebelumnya. Meskipun biaya pendidikan di sekolah negeri telah ditiadakan, MMH tetap kesulitan melanjutkan pendidikannya karena keterbatasan biaya hidup. Sempat bersekolah dengan seragam SMP yang dimodifikasi, MMH merasa sangat tertekan. Kondisi ini yang kemudian mendorongnya melakukan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri.

Setelah mengetahui kejadian tersebut, tokoh masyarakat ini segera memerintahkan stafnya untuk mengunjungi MMH di rumah sakit tempat ia dirawat. Selain melunasi seluruh biaya pengobatan, ia juga berjanji akan membantu MMH melanjutkan pendidikannya sesuai dengan prosedur yang berlaku. Ia menekankan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan harus diperlakukan setara.

Lebih lanjut, ia menyatakan kesediaannya untuk terus mendampingi MMH, bahkan jika kelak ia ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Ia berharap kejadian yang dialami MMH tidak terulang kembali dan menegaskan pentingnya menjamin pendidikan minimal 12 tahun bagi seluruh anak di Jawa Barat. Ia berjanji akan terus berupaya memastikan hak tersebut terpenuhi.

Sebelumnya, MMH ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri di tempat ia bekerja setelah menenggak cairan pembersih lantai. Ia sempat dilarikan ke ruang ICU sebelum kondisinya berangsur membaik dan dipindahkan ke ruang perawatan. Kasus ini kemudian mendapat perhatian luas dari masyarakat dan berbagai pihak yang peduli terhadap isu pendidikan dan kesejahteraan anak.

Kejadian ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya dukungan sosial dan ekonomi bagi keluarga-keluarga yang kurang mampu agar anak-anak mereka dapat terus mengenyam pendidikan. Tindakan tokoh masyarakat ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pihak lain untuk turut berkontribusi dalam mewujudkan pendidikan yang merata dan berkualitas bagi seluruh anak bangsa.