Polemik Kapal Bernama JKW dan Dewi Iriana: Fakta Kepemilikan dan Jejak Pelayaran

Polemik mengenai aktivitas pertambangan nikel di Pulau Gag dan wilayah lain di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, terus menjadi sorotan. Isu ini semakin ramai diperbincangkan di media sosial dengan munculnya narasi mengenai kapal-kapal yang diduga mengangkut nikel dan menggunakan nama TB JKW Mahakam serta Kapal Dewi Iriana.

Berdasarkan data resmi dari Direktorat Perkapalan dan Kepelautan Kementerian Perhubungan (Ditkapel Kemenhub), keberadaan kapal-kapal dengan nama JKW Mahakam dan Dewi Iriana memang terkonfirmasi. JKW Mahakam sendiri merujuk pada sejumlah kapal tunda (tug boat), sementara Dewi Iriana digunakan sebagai nama untuk kapal-kapal tongkang yang ditarik oleh tug boat tersebut.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun nama kapal-kapal ini menyerupai inisial nama Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana, tidak ada kaitan kepemilikan sama sekali antara kapal-kapal tersebut dengan keluarga Presiden. Klarifikasi ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dan spekulasi yang tidak berdasar.

Menurut penelusuran, setidaknya empat kapal JKW Mahakam dimiliki oleh PT Pelita Samudera Sreeya, yang merupakan anak perusahaan dari PT IMC Peliata Logistik Tbk (dengan kode emiten PSSI). Selain PT PSS, beberapa perusahaan lain juga memiliki kapal dengan nama JKW, antara lain PT Permata Lintas Abadi (PLA), PT Sinar Pasifik Lestari (SPL), dan PT Glory Ocean Lines (GOL).

Melacak Pergerakan Kapal JKW Mahakam

Beberapa kapal JKW Mahakam dapat dilacak pergerakannya melalui situs web VesselFinder, sebuah platform populer di kalangan pelaut yang menyediakan data real-time mengenai posisi dan pergerakan kapal di seluruh dunia. Sistem ini menggunakan jaringan AIS (Automatic Identification System) global untuk memantau kapal.

Contohnya, Kapal JKW Mahakam 5 terakhir terdeteksi berlabuh di Pelabuhan Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sementara itu, Kapal JKW Mahakam 7 terakhir terlacak di Pelabuhan Panjang, Lampung. Kapal JKW Mahakam 3 terpantau terakhir kali berlabuh di Pelabuhan Bunati, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Data pelacakan lainnya menunjukkan Kapal JKW Mahakam 1 terakhir berlabuh di Pelabuhan Palembang, Kapal JKW Mahakam 2 berada di Pelabuhan Banjarmasin, dan Kapal JKW Mahakam 7 berada di Pelabuhan Kendari.

Namun, posisi Kapal JKW Mahakam 3, JKW Mahakam 6, dan JKW Mahakam 8 tidak terlacak oleh sistem AIS VesselFinder.

Untuk Kapal Dewi Iriana, posisinya sulit dilacak secara langsung melalui VesselFinder karena berstatus sebagai kapal tongkang yang tidak dilengkapi dengan AIS. Pergerakan Kapal Dewi Iriana sepenuhnya bergantung pada kapal tug boat yang menariknya.

Aktivitas Pelayaran dan Keterkaitan dengan Industri Pertambangan

Berdasarkan data pergerakan kapal yang terlacak, mayoritas kapal JKW Mahakam lebih sering terlihat di pelabuhan-pelabuhan yang menjadi pusat bongkar muat komoditas tambang batu bara. Hal ini sejalan dengan informasi dari laman resmi PT PSSI, yang menunjukkan bahwa perusahaan ini memiliki sejumlah pelanggan besar di sektor pertambangan, termasuk perusahaan-perusahaan raksasa batu bara seperti Adaro, Hasnur Group, Indo Tambangraya Megah, dan Bayan Resources.

Satu-satunya kapal JKW Mahakam yang terlacak di wilayah Sulawesi adalah Kapal JKW Mahakam 7. Sulawesi sendiri dikenal sebagai daerah penghasil nikel dengan fasilitas smelter yang berkembang pesat.