Keterlambatan Bus, Jemaah Haji Indonesia Terpaksa Tempuh Perjalanan Panjang ke Mina

Ibadah haji tahun ini diwarnai dengan insiden yang kurang mengenakkan bagi sebagian jemaah haji Indonesia. Keterlambatan armada bus yang seharusnya mengangkut mereka dari Muzdalifah menuju Mina memaksa sejumlah jemaah menempuh perjalanan kaki yang cukup jauh. Kondisi ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk anggota Komisi VIII DPR RI, Dini Rahmania.

Rahmania menyayangkan terjadinya keterlambatan tersebut dan menilai insiden ini sebagai sebuah kegagalan dalam perencanaan operasional. Menurutnya, perjalanan kaki dari Muzdalifah ke Mina, apalagi dalam kondisi lelah dan padat, sangat berisiko bagi kesehatan dan keselamatan jemaah, terutama mengingat setelah tiba di Mina, mereka masih harus melaksanakan rangkaian ibadah lontar jumrah yang juga membutuhkan kondisi fisik yang prima. "Ini adalah rukun haji yang sangat vital, dan risiko keselamatan sangat besar jika transportasi tidak tersedia dengan tepat waktu," ujarnya.

Pihak Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) melalui Dirjen Hilman Latief menjelaskan bahwa pemberangkatan jemaah haji dari Muzdalifah ke Mina sebenarnya telah sesuai dengan kebijakan Pemerintah Arab Saudi, yaitu dimulai pada pukul 23.35 Waktu Arab Saudi (WAS), tanggal 10 Zulhijjah 1446 H. Namun, realisasi di lapangan menunjukkan adanya keterlambatan. Proses evakuasi jemaah baru selesai pada pukul 09.40 WAS, terlambat 40 menit dari target yang ditetapkan.

Latief mengungkapkan beberapa faktor penyebab keterlambatan tersebut. Di antaranya adalah:

  • Ketidakkonsistenan jadwal bus: Ribuan bus dioperasikan, menyebabkan antrean panjang dan jadwal keberangkatan yang tidak sesuai rencana.
  • Keterlambatan perputaran bus: Kepadatan lalu lintas menyebabkan bus terlambat kembali dari Mina ke Muzdalifah, membuat jemaah menunggu lama dan merasa tidak nyaman.
  • Keputusan jemaah untuk berjalan kaki: Karena bus terlambat datang, banyak jemaah memutuskan untuk berjalan kaki menuju Mina, menciptakan arus pergerakan spontan yang sulit dikendalikan.

Menanggapi situasi tersebut, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah melakukan beberapa langkah, termasuk:

  • Koordinasi darurat dengan Kementerian Haji dan Umrah Saudi: Mengirim permintaan resmi untuk mempercepat pengiriman bus ke Muzdalifah.
  • Meminta bantuan logistik dan perlindungan jemaah: Berkoordinasi dengan otoritas dan mitra Arab Saudi.

Latief menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Arab Saudi atas dukungan yang diberikan dalam mengatasi situasi tersebut dan menyampaikan permohonan maaf kepada para jemaah atas ketidaknyamanan yang terjadi.