Penumpang Cerdas Siasati Biaya Bagasi Tersembunyi dengan Koper Kabin: Tren Baru di Industri Penerbangan?

Kenaikan biaya bagasi oleh sejumlah maskapai penerbangan, termasuk Air Canada dan Southwest, memicu perubahan perilaku di kalangan penumpang. Semakin banyak pelancong yang memilih untuk membawa koper berukuran kabin sebagai solusi untuk menghindari biaya tambahan yang dianggap memberatkan.

Praktik mengenakan biaya tambahan untuk layanan yang sebelumnya termasuk dalam harga tiket, seperti bagasi check-in, semakin umum. Hal ini mendorong penumpang untuk mencari cara alternatif agar tetap bisa bepergian dengan nyaman tanpa harus mengeluarkan biaya lebih. Salah satu solusinya adalah dengan memaksimalkan penggunaan koper kabin.

Lauren Alexander, seorang wisatawan yang berkunjung ke Toronto, mengungkapkan kekecewaannya terhadap biaya tambahan bagasi. Ia merasa seperti 'ditipu' karena harga tiket yang awalnya terlihat murah, ternyata membengkak akibat biaya tambahan untuk bagasi.

"Awalnya tiket tampak murah, tapi akhirnya harus bayar tambahan USD 200 atau sekitar Rp 3,2 juta hanya untuk membawa koper," ungkapnya.

Senada dengan Lauren, Sage Riley juga mengeluhkan mahalnya biaya bagasi. Untuk menghindari biaya tersebut, banyak penumpang kini lebih memilih membawa barang seperlunya dalam ransel atau koper kecil yang memenuhi standar ukuran kabin.

Jay Sorensen, seorang konsultan penerbangan dari IdeaWorks, menjelaskan bahwa dulu maskapai penerbangan menawarkan berbagai fasilitas sebagai bagian dari harga tiket standar. Namun, kehadiran maskapai berbiaya rendah (low-cost carrier) mengubah lanskap industri penerbangan.

FlyBe, maskapai asal Inggris, menjadi pelopor dalam mengenakan biaya untuk bagasi check-in pada tahun 2006. Langkah ini kemudian diikuti oleh maskapai murah lainnya, dan bahkan maskapai besar pun akhirnya ikut menerapkan kebijakan serupa.

American Airlines menjadi maskapai AS pertama yang mengenakan biaya bagasi pada tahun 2008. Kini, biaya bagasi menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi maskapai penerbangan. Pada tahun lalu, maskapai AS meraup pendapatan hingga USD 7,27 miliar dari biaya bagasi.

Kondisi ini memicu peningkatan permintaan terhadap koper berukuran kabin. Kirsty Glenn, direktur utama perusahaan koper Antler, mengatakan bahwa perusahaannya mengalami lonjakan permintaan untuk koper kecil yang memenuhi standar kabin.

"Kami melihat lonjakan besar dalam pencarian koper kecil di situs kami," kata dia.

Fenomena ini juga didukung oleh media sosial, di mana tips dan trik mengemas barang agar muat dalam koper kabin menjadi konten yang populer. Chelsea Dickenson, seorang jurnalis perjalanan dan kreator konten TikTok, mengatakan bahwa video tentang koper kini menjadi konten utama di kanalnya.

"Lucunya, video koper bisa jauh lebih viral dibandingkan video tentang rencana perjalanan panjang yang saya buat," ujar Chelsea.

Secara global, total biaya tambahan maskapai, termasuk biaya bagasi, pemilihan kursi, Wifi, akses lounge, makanan, dan upgrade kursi, diperkirakan mencapai USD 145 miliar pada tahun ini. Angka ini setara dengan 14% dari total pendapatan sektor penerbangan.