Anjloknya Saham Tesla: Dampak Politik, Kontroversi Musk, dan Ancaman Pasar
Anjloknya Saham Tesla: Dampak Politik, Kontroversi Musk, dan Ancaman Pasar
Penurunan tajam 15 persen pada harga saham Tesla pada penutupan perdagangan Senin, 10 Maret 2025, menandai kinerja terburuk perusahaan sejak September 2020 dan menjadi sorotan atas dampak gabungan dari faktor politik, kontroversi yang melibatkan CEO Elon Musk, serta ancaman terhadap pasar dan citra merek. Kejatuhan ini juga memperpanjang tren negatif selama tujuh minggu berturut-turut, periode terpanjang sejak Tesla debut di bursa Nasdaq pada 2010.
Sejak mencapai puncaknya pada 479,86 dolar AS pada 17 Desember 2024, saham Tesla telah kehilangan lebih dari 50 persen nilainya, mengakibatkan pengikisan kapitalisasi pasar lebih dari 800 miliar dolar AS. Hari Senin tersebut menandai hari terburuk ketujuh bagi saham Tesla dalam catatan. Penurunan ini juga berkontribusi pada kemerosotan yang lebih luas di pasar saham AS, dengan indeks Nasdaq jatuh hampir 4 persen – penurunan tertajam sejak 2022. Analisis lebih lanjut menunjukkan beberapa faktor kunci yang berkontribusi pada krisis ini.
Peran Elon Musk dan Politik AS
Keterlibatan Elon Musk dalam pemerintahan Presiden Donald Trump tampaknya menjadi pemicu signifikan. Musk, dalam wawancara dengan Fox Business, mengakui kesulitannya menjalankan bisnis Tesla sembari menjalankan perannya di Gedung Putih. Pernyataannya bahwa ia berharap tetap di pemerintahan selama satu tahun lagi, diikuti unggahan di X (dulu Twitter) yang menyatakan "Ini akan baik-baik saja dalam jangka panjang," justru memicu spekulasi dan ketidakpastian lebih lanjut di pasar.
Ketidakpastian seputar rencana tarif Trump juga menjadi faktor penting. Kanada dan Meksiko, sebagai pasar utama bagi pemasok otomotif, berpotensi menghadapi dampak negatif dari perang dagang, yang dapat memengaruhi produksi dan meningkatkan harga. Retorika politik Musk yang kontroversial dan pekerjaannya di Departemen Efisiensi Pemerintah, yang melibatkan upaya drastis mengurangi tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah federal, turut memperburuk situasi.
Ancaman Terhadap Merek dan Perusahan
Selain faktor politik, kontroversi yang mengelilingi Musk juga berdampak negatif pada citra merek Tesla. Penggunaan X untuk menyerang hakim dan mempromosikan narasi yang salah tentang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah memicu protes dari aktivis dan mantan pendukung Musk. Lebih lanjut, pabrik produksi Tesla di seluruh AS menjadi sasaran protes, dan kendaraan serta fasilitas Tesla telah mengalami vandalisme dan upaya pembakaran, termasuk kejadian berulang di Loveland, Colorado.
Analis Ben Kallo dari Baird memperingatkan bahwa insiden vandalisme ini dapat menurunkan permintaan kendaraan Tesla. Ia menyatakan, "Ketika mobil orang-orang terancam dirusak atau dibakar, bahkan orang-orang yang mendukung Musk atau acuh tak acuh mungkin berpikir dua kali untuk membeli Tesla." Laporan Bank of America juga menunjukkan penurunan penjualan kendaraan baru Tesla sekitar 50 persen di Eropa pada Januari 2025, sebagian karena meningkatnya sentimen negatif terhadap merek tersebut.
Meskipun Model Y Tesla tetap menjadi kendaraan listrik terlaris secara global pada Januari 2025, tergesernya posisi Tesla Model 3 oleh Geely Geome dari China menunjukkan persaingan yang semakin ketat di pasar. Perusahaan juga menghadapi tantangan dengan keterlambatan pengiriman versi baru Model Y, yang diperkirakan mempengaruhi permintaan.
Kesimpulannya, anjloknya saham Tesla merupakan hasil dari faktor-faktor rumit yang saling terkait, yang meliputi dampak kebijakan politik, kontroversi yang melibatkan Elon Musk, serta ancaman terhadap citra merek dan persaingan pasar. Ke depan, Tesla harus mengatasi tantangan ini untuk memulihkan kepercayaan investor dan mempertahankan posisi pasarnya.