Jumrah: Simbol Penolakan Godaan dalam Ritual Haji di Mina

Mina, sebuah kawasan di Tanah Haram yang terletak di antara Makkah dan Muzdalifah, menjadi saksi bisu salah satu ritual penting dalam ibadah haji: melempar jumrah. Ritual ini bukan sekadar melempar batu, tetapi sebuah simbol perlawanan terhadap godaan dan bisikan jahat yang dapat menjauhkan manusia dari jalan Allah SWT.

Makna Spiritual di Balik Lempar Jumrah

Prosesi melempar jumrah melibatkan pelemparan batu kerikil ke tiga titik yang disebut jumrah, yaitu Aqabah, Wustha, dan Sughra. Setiap lemparan disertai dengan niat yang tulus untuk menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bagi setiap jamaah haji, momen ini menjadi sebuah refleksi diri dan peneguhan komitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Mina dalam Lintasan Sejarah

Mina, yang juga dikenal dengan nama Muna yang berarti harapan, memiliki akar sejarah yang kaya. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa di tempat inilah Nabi Adam AS menerima kabar gembira tentang pertemuannya kembali dengan Hawa setelah berpisah selama 200 tahun. Kabar ini membangkitkan semangat dan optimisme dalam diri Nabi Adam AS, hingga akhirnya Allah SWT mempertemukannya kembali dengan Hawa di Arafah.

Doa di Mina

Ketika memasuki Mina, jamaah haji dianjurkan untuk memanjatkan doa, memohon keberkahan dan kemudahan dalam menjalankan ibadah haji. Salah satu doa yang dapat dibaca adalah:

Allahumma haadzihi minaa famnun 'alayya bimaaa mananta bihi 'ala auliyaa-ika wa ahli thaa-atika

Artinya: "Ya Allah, tempat ini adalah Mina, maka anugerahilah aku apa yang telah Engkau anugerahkan kepada orang-orang yang dekat dan taat kepada-Mu."

Imam an-Nawawi juga menganjurkan doa berikut:

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي بَلَغَنِيْهَا سَالِمًا مُعَافًا، اللهِم هَذِهِ مِنِى قَدْ أَتَيْتُهَا، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَفِي قَبْضَتِكَ أَسْأَلُكَ أَنْ تَمُنَّ عَلَيَّ بِمَا مَنَنْتَ بِهِ عَلَى أَوْلِيَائِكَ، اللهم إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْحِرْمَانِ وَالْمُصِيْبَةِ فِي دِينِي يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menyampaikan aku ke sini (Mina) dengan selamat dan sehat. Ya Allah, inilah tempat bernama Mina, aku datang ke tempat ini sedang aku adalah hamba-Mu dan dalam genggaman-Mu. Aku memohon kepada-Mu, berilah aku nikmat sebagaimana nikmat yang Engkau berikan kepada kekasih-kekasih-Mu. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari terhalang rahmat-Mu dan dari musibah pada agamaku, ya Allah, Yang Maha Pengasih dari segala Yang Pengasih."

Jejak Ibrahim AS: Asal Mula Lempar Jumrah

Ritual melempar jumrah tidak lepas dari kisah Nabi Ibrahim AS. Ketika Nabi Ibrahim AS hendak melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail AS, setan berusaha menggoda dan menghalangi niat mulia tersebut. Namun, dengan iman yang teguh, Nabi Ibrahim AS menolak godaan setan dan melempari setan dengan batu kerikil di tiga tempat yang kini dikenal sebagai jumrah.

Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya melawan godaan dan bisikan jahat yang dapat menghalangi manusia dari ketaatan kepada Allah SWT. Melempar jumrah menjadi simbol penolakan terhadap segala bentuk keburukan dan upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Keutamaan Melempar Jumrah

Amalan melempar jumrah memiliki keutamaan yang besar dalam Islam. Di antaranya adalah:

  • Menegakkan Dzikrullah: Melempar jumrah merupakan salah satu cara untuk mengingat Allah SWT dan meningkatkan keimanan.
  • Menghapus Dosa: Setiap kerikil yang dilemparkan dapat menjadi penghapus dosa-dosa besar yang telah dilakukan.
  • Mengikuti Sunnah Nabi Ibrahim AS: Melempar jumrah adalah bentuk mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS dalam melawan godaan setan dan mentaati perintah Allah SWT.

Dengan memahami makna dan sejarah di balik ritual melempar jumrah, diharapkan para jamaah haji dapat melaksanakan ibadah ini dengan lebih khusyuk dan penuh kesadaran. Semoga ibadah haji kita diterima oleh Allah SWT dan membawa keberkahan dalam hidup kita.