BIJB Kertajati Terancam Jadi 'Peuteuy Selong', Dedi Mulyadi Soroti Beban Anggaran Daerah
Mantan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini menyampaikan keprihatinannya mengenai kondisi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang terletak di Majalengka. Dalam sebuah forum rapat paripurna memperingati Hari Jadi Kabupaten Majalengka ke-535, Dedi mengungkapkan kekhawatirannya terkait operasional bandara yang dinilai belum optimal.
"Majalengka sudah memiliki bandara, namun kondisinya sekarang seperti 'peuteuy selong'. Mengapa demikian? Karena jumlah penerbangan tidak banyak, sehingga perkembangannya lambat," ujarnya dengan nada prihatin. Istilah 'peuteuy selong' sendiri merupakan sindiran yang menggambarkan kondisi yang tidak berkembang atau stagnan.
Dedi mengakui bahwa dirinya belum memiliki solusi konkret untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi Bandara Kertajati. Ia menyadari bahwa diperlukan waktu dan strategi yang matang untuk melakukan pembenahan secara menyeluruh. Untuk itu, ia sedang menyusun rencana jangka panjang untuk mengembangkan wilayah di sekitar bandara, dengan harapan dapat mengurangi beban keuangan daerah yang selama ini menanggung operasional BIJB.
"Harus ada strategi yang dipikirkan dan disiapkan dengan matang. Jangan dulu menyalahkan saya, karena saya baru menjabat selama tiga bulan," imbuhnya, merujuk pada masa jabatannya yang relatif singkat.
Selain menyoroti minimnya aktivitas penerbangan, Dedi juga mengungkapkan bahwa BIJB Kertajati menjadi beban bagi anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Ia menyebutkan bahwa setiap tahun, Pemprov harus mengalokasikan dana sekitar Rp 60 miliar untuk menutupi biaya operasional bandara.
"Setiap tahun kita nombok Rp 60 miliar untuk bandara. Bagaimana solusinya?" tanyanya retoris.
Dalam kesempatan tersebut, Dedi Mulyadi juga menyinggung mengenai transformasi Majalengka menjadi kawasan industri. Ia melihat potensi besar yang dimiliki Majalengka di masa depan, dan menekankan pentingnya pengembangan sektor pendidikan sebagai salah satu solusi awal untuk menghadapi perubahan ini.
"Majalengka akan menjadi kawasan industri. Industri apa yang harus dikembangkan pertama kali? Pengembangan pendidikan tinggi yang berbasis pasar. Sekolah SMK harus didorong pertumbuhannya, begitu juga dengan engineer. Tujuannya agar kita dapat menguasai industri di kawasan Rebana. Ada pabrik di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Subang. Bayangkan jika pabrik sudah ada, tetapi sumber daya manusianya tidak disiapkan, mentalnya tidak dibangun, maka pabrik tersebut akan diisi oleh orang lain," jelasnya panjang lebar.
Dengan demikian, Dedi Mulyadi memberikan gambaran yang komprehensif mengenai tantangan dan peluang yang dihadapi Majalengka saat ini. Ia berharap agar semua pihak dapat bersinergi untuk memajukan daerah tersebut, terutama dalam menghadapi transformasi menjadi kawasan industri yang kompetitif.
- Bandara Kertajati
- Beban Anggaran Daerah
- Pengembangan Pendidikan
- Kawasan Industri Rebana