Studi Global Membantah 6 Mitos Seputar Kecerdasan Buatan, Termasuk Dampak Negatif pada Lapangan Kerja

Kecerdasan Buatan: Antara Mitos dan Realita di Dunia Kerja

Kecerdasan buatan (AI) terus menjadi topik perdebatan hangat, terutama mengenai dampaknya pada pasar tenaga kerja. Kekhawatiran umum yang sering muncul adalah potensi AI untuk menghilangkan pekerjaan manusia secara massal. Namun, sebuah studi global terbaru dari PwC memberikan perspektif yang berbeda, menunjukkan bahwa AI justru berpotensi menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan nilai pekerja.

Laporan bertajuk "AI Jobs Barometer 2025" menganalisis data dari lebih dari 800 juta iklan pekerjaan dan ribuan laporan keuangan perusahaan di enam benua. Hasilnya, studi ini membantah beberapa mitos yang telah lama melekat seputar AI dan dunia kerja. Studi ini menunjukan bahwa alih-alih mengurangi lapangan kerja, AI mendorong pertumbuhan lapangan kerja baru, bahkan sektor-sektor yang paling siap mengadopsi AI mengalami pertumbuhan produktivitas hampir empat kali lipat dibanding sektor yang belum siap.

Enam Mitos AI yang Dipatahkan

Studi PwC secara khusus mengidentifikasi dan mematahkan enam mitos utama terkait dampak AI pada dunia kerja:

  • Mitos Produktivitas: AI tidak berdampak signifikan pada produktivitas. Faktanya, sektor yang mengadopsi AI mencatatkan pertumbuhan produktivitas yang jauh lebih tinggi.
  • Mitos Upah: AI menekan upah dan daya tawar pekerja. Justru sebaliknya, pekerja dengan keterampilan AI memiliki upah rata-rata yang lebih tinggi.
  • Mitos Jumlah Pekerjaan: AI akan menyebabkan berkurangnya pekerjaan. Data menunjukkan bahwa pekerjaan dengan paparan rendah AI tetap tumbuh, meskipun lebih lambat dari pekerjaan yang terkait erat dengan AI.
  • Mitos Ketimpangan: AI memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi. Studi menemukan bahwa upah dan lapangan kerja meningkat pada pekerjaan yang ditingkatkan atau diotomatisasi oleh AI.
  • Mitos Keterampilan: AI akan menghapus keterampilan yang dibutuhkan. AI membebaskan pekerja dari tugas repetitif dan memungkinkan mereka mengembangkan keterampilan yang lebih kompleks.
  • Mitos Otomatisasi: Pekerjaan yang bisa diotomatisasi akan kehilangan nilai. Pekerjaan yang bisa diotomatisasi mengalami transformasi dan menjadi lebih kompleks serta kreatif.

Carol Stubbings, Kepala Komersial Global PwC UK, menekankan bahwa revolusi industri sebelumnya selalu menghasilkan tren serupa: pekerjaan lama hilang, tetapi pekerjaan baru muncul. Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan pekerja untuk beradaptasi dan memperoleh keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berubah.

AI Sebagai Strategi Pertumbuhan, Bukan Sekadar Efisiensi

PwC menganjurkan perusahaan untuk tidak hanya memandang AI sebagai alat untuk memangkas biaya, tetapi sebagai strategi pertumbuhan jangka panjang. Investasi dalam pelatihan dan adaptasi akan memungkinkan pekerja untuk memanfaatkan potensi AI dan menciptakan peluang baru.

Dalam konteks global di mana populasi usia produktif menurun di banyak negara, pertumbuhan pekerjaan di sektor-sektor yang terpapar AI dapat membantu mengisi kekosongan tenaga kerja dan mendukung pertumbuhan bisnis.

Studi ini menyimpulkan bahwa dunia usaha dan pemerintah harus memiliki visi yang ambisius dan berfokus pada penciptaan pekerjaan dan industri baru di masa depan, bukan hanya pada otomatisasi pekerjaan yang sudah ada. Dengan pendekatan yang tepat, AI dapat menjadi kekuatan pendorong menuju masa depan dunia kerja yang lebih baik.