Generasi Z Tiongkok Mengadopsi Gaya Hidup 'Manusia Tikus' sebagai Bentuk Perlawanan Terhadap Tekanan Kerja
Fenomena unik yang dikenal sebagai "manusia tikus" (lao shu ren) muncul di kalangan Generasi Z di Tiongkok, menjadi sorotan karena dianggap sebagai bentuk protes terhadap tekanan kerja yang berat dan persaingan yang ketat. Gaya hidup ini, yang ditandai dengan aktivitas terbatas di dalam ruangan dan jam tidur yang tidak teratur, mencerminkan respons terhadap burnout dan kekecewaan terhadap pasar kerja.
Seorang mahasiswi pascasarjana di King's College London, Pu Yiqin, secara terbuka mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari fenomena ini. Melalui platform media sosial Xiaohongshu, ia berbagi rutinitas hariannya, yang sering kali melibatkan tidur larut malam dan menghabiskan sebagian besar waktu di dalam kamar.
Gaya Hidup "Manusia Tikus":
Secara umum, "manusia tikus" menghabiskan hari-harinya di dalam kamar, seringkali bangun setelah tengah hari dan menghabiskan waktu dengan:
- Rebahan di kasur: Menjelajahi media sosial atau bermain game.
- Menonton drama atau film: Sambil bersantai di sofa.
- Tidur: Kembali tidur hingga sore hari.
Beberapa "manusia tikus" memesan makanan secara online, sementara yang lain mungkin hanya makan sekali sehari. Pola tidur mereka juga tidak teratur, seringkali baru tidur setelah tengah malam.
Bagi sebagian orang, gaya hidup ini bisa berarti menghabiskan sepanjang minggu di dalam rumah, hanya bangun untuk pergi ke toilet atau ketika merasa lapar, sebelum kembali berbaring di tempat tidur.
Protes Terhadap Tekanan Kerja dan Burnout:
Di balik tampilan yang unik dan estetika kamar yang menarik, fenomena "manusia tikus" dipandang sebagai bentuk perlawanan terhadap tekanan kerja yang berlebihan dan persaingan yang sengit.
Burnout sendiri adalah kondisi ketika seseorang mengalami stres pada tingkat tertinggi tanpa kemampuan untuk mengelolanya, yang menyebabkan kelelahan fisik dan mental.
Tingkat pengangguran di kalangan anak muda di Tiongkok mencapai angka yang signifikan, dan diperkirakan akan ada peningkatan jumlah lulusan universitas, yang semakin memperburuk persaingan di pasar kerja.
Advita Patel, President of the Chartered Institute of Public Relations, berpendapat bahwa tren ini lebih dari sekadar pelarian diri, melainkan bentuk protes diam-diam terhadap burnout, kekecewaan, dan pasar kerja yang dianggap menghukum.
"Ketika Anda terus-menerus melamar pekerjaan dan diabaikan atau ditolak, hal itu dapat merusak kepercayaan diri dan kesehatan mental Anda," kata Patel.
Oleh karena itu, alih-alih mengejar pekerjaan yang tampaknya semakin sulit didapatkan, Generasi Z ini mengadopsi gaya hidup "manusia tikus" sebagai cara untuk mendapatkan kembali kendali atas hidup mereka dan melindungi kesehatan mental mereka. Patel menekankan bahwa ini bukanlah kemalasan, tetapi respons terhadap kelelahan hidup dan kurangnya tujuan, serta upaya untuk melindungi diri sendiri.