ADB: Integrasi Jaringan Listrik ASEAN Membutuhkan Investasi 100 Miliar Dollar AS
Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan bahwa kawasan ASEAN membutuhkan investasi setidaknya 100 miliar dollar AS hingga tahun 2045 untuk mewujudkan integrasi jaringan listrik regional yang komprehensif.
Dana tersebut akan digunakan untuk memperkuat dan mengembangkan interkonektor di dalam negeri, yang menjadi fondasi bagi terhubungnya sistem kelistrikan antar negara anggota ASEAN. Interkonektor ini memungkinkan transfer energi yang efisien antar negara, namun keberhasilannya bergantung pada infrastruktur kelistrikan domestik yang kuat di masing-masing negara.
Menurut Direktur Energi ADB, Keiju Mitsuhashi, setiap negara anggota ASEAN memerlukan investasi signifikan untuk meningkatkan sistem transmisi listrik mereka. Filipina diperkirakan membutuhkan setidaknya 10 miliar dollar AS, sementara negara-negara yang lebih besar seperti Indonesia, Vietnam, dan Malaysia akan membutuhkan investasi yang jauh lebih besar.
Investasi masif ini sangat penting karena lokasi pembangkit energi terbarukan seringkali berada jauh dari pusat-pusat konsumsi listrik. Jaringan transmisi berperan sebagai jembatan yang menghubungkan sumber energi bersih terpencil dengan konsumen. Tanpa investasi yang memadai, potensi energi terbarukan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Integrasi energi terbarukan yang fluktuatif seperti tenaga surya dan angin memerlukan sistem kelistrikan yang stabil dan andal. Pembangkit listrik domestik yang mampu menyediakan pasokan dasar yang konsisten menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan antara pasokan energi terbarukan yang tidak menentu dan permintaan energi yang stabil.
Karena sebagian besar infrastruktur transmisi di Asia Tenggara dimiliki oleh perusahaan negara, pendanaan besar kemungkinan akan disalurkan melalui entitas-entitas ini. Brunei, Kamboja, Laos, dan Myanmar sangat bergantung pada utilitas yang dikendalikan pemerintah. Sementara itu, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam telah memperkenalkan persaingan terbatas melalui produsen listrik swasta, namun transmisi dan distribusi tetap berada di bawah kendali negara.
Filipina dan Singapura menjadi pengecualian di kawasan ini, dengan pasar listrik yang lebih kompetitif di tingkat grosir.