Fadli Zon Respon 'Colekan' Megawati Soal Perbedaan Perspektif

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, memberikan tanggapan terhadap interaksi singkatnya dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dalam acara pembukaan pameran foto Guntur Soekarnoputra di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. Perhatian Megawati tertuju pada perbedaan pandangan yang mungkin ada antara keduanya.

"Ya, saya kira apa yang disampaikan Ibu Mega itu benar adanya. Perbedaan adalah hal yang lumrah," ujar Fadli Zon saat ditemui di The Meru Sanur, Denpasar, Bali.

Fadli Zon kemudian menyinggung pentingnya penulisan sejarah dilakukan oleh para ahli yang kompeten. "Dalam dunia politik, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Keberadaan sembilan partai politik, delapan di antaranya di parlemen, adalah bukti nyata keberagaman pandangan yang wajar," jelasnya.

Menanggapi rencana Megawati untuk membentuk tim penulis sejarah versi sendiri, Fadli Zon menyatakan bahwa hal tersebut sah-sah saja. Menurutnya, setiap individu memiliki perspektif yang unik dalam melihat dan menafsirkan sejarah.

Namun demikian, Fadli Zon menekankan pentingnya melihat segala sesuatu dari sudut pandang Indonesia-sentris demi kepentingan nasional. Ia berharap perspektif yang digunakan bukanlah perspektif kolonial atau perspektif golongan tertentu, melainkan perspektif yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.

Sebelumnya, Megawati sempat menyampaikan pandangannya tentang kompleksitas menjadi seorang Indonesia. Ia juga menyampaikan kepada Fadli Zon bahwa perbedaan adalah hal yang diperbolehkan dan bahkan diperlukan.

Pernyataan ini disampaikan Megawati dalam acara yang sama, saat membahas TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967. Megawati mempertanyakan alasan di balik pencabutan TAP tersebut dan menyayangkan hilangnya memori kolektif bangsa tentang sejarahnya.

"Ketika Bung Karno dijatuhkan dengan TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967, tidak ada yang mencoba bertanya mengapa TAP itu dijatuhkan. Seolah-olah, seperti nyanyian sunyi sepi sendiri, saya pikir orang Indonesia lupa bahwa mereka adalah orang Indonesia," kata Megawati.

Megawati juga menyoroti kecenderungan untuk memotong sejarah dan hanya mengingat periode Orde Baru. Menurutnya, menjadi Indonesia bukanlah hal yang mudah, dan pemahaman yang utuh tentang sejarah bangsa sangatlah penting.

Megawati berharap dengan penulisan sejarah yang komprehensif dan inklusif, generasi muda Indonesia dapat lebih memahami identitas dan jati diri bangsanya. Ia juga menekankan pentingnya menghargai perbedaan pandangan dalam membangun bangsa yang lebih maju dan sejahtera.

Dengan adanya perbedaan pandangan, diharapkan dapat memicu diskusi dan pemikiran yang konstruktif untuk kemajuan bangsa Indonesia.