Becak Jogja Resmi Sandang Status Warisan Budaya Tak Benda: Upaya Pelestarian di Tengah Perubahan Zaman
Yogyakarta – Kementerian Kebudayaan telah menetapkan becak Jogja sebagai salah satu dari 32 Warisan Budaya Tak Benda (WBTb). Penetapan ini menjadi angin segar bagi upaya pelestarian moda transportasi tradisional yang semakin tergerus zaman.
Pengakuan ini disambut baik oleh kalangan akademisi, salah satunya Baha Uddin, Dosen Sejarah Fakultas Ilmu dan Budaya (FIB) UGM. Menurutnya, langkah ini menunjukkan komitmen Pemerintah Daerah DIY dalam menjaga eksistensi becak sebagai bagian dari identitas budaya Yogyakarta.
Namun, Baha Uddin juga menyoroti tantangan yang dihadapi becak kayuh di era modern. Pergeseran preferensi masyarakat dan munculnya moda transportasi alternatif telah menyebabkan penurunan drastis jumlah penumpang becak. Dahulu, becak merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari warga Yogyakarta, kini keberadaannya semakin terpinggirkan dan lebih banyak dimanfaatkan untuk keperluan wisata.
"Dulu, becak adalah pilihan utama bagi banyak orang untuk berpergian ke pasar atau tempat-tempat lain di dalam kota. Sekarang, kita bisa lihat sendiri, pelanggannya sangat terbatas," ujar Baha Uddin.
Perubahan fungsi becak menjadi sarana transportasi wisata menandakan pergeseran yang signifikan. Jika dulu becak melayani kebutuhan transportasi masyarakat lokal, kini becak lebih banyak dijumpai di kawasan-kawasan wisata, terutama di sekitar sumbu filosofi Yogyakarta. Keberadaan becak telah bertransformasi menjadi daya tarik wisata yang menawarkan pengalaman unik bagi para pelancong.
Baha Uddin mengingatkan akan pentingnya belajar dari pengalaman masa lalu. Beberapa moda transportasi tradisional Yogyakarta, seperti Kopata dan Kobutri, telah punah karena tidak mampu bersaing dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang inovatif dan berkelanjutan agar becak Jogja tidak mengalami nasib serupa.
Penetapan becak sebagai WBTb diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai penting becak sebagai warisan budaya. Lebih dari sekadar alat transportasi, becak merupakan simbol sejarah dan identitas Yogyakarta yang perlu dijaga dan dilestarikan.
"Kita tidak ingin becak hanya menjadi cerita masa lalu. Generasi mendatang harus tetap bisa melihat dan merasakan keberadaan becak sebagai bagian dari warisan budaya mereka," tegas Baha Uddin.
Upaya pelestarian becak Jogja memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, komunitas becak, dan masyarakat luas. Dengan sinergi yang kuat, diharapkan becak Jogja dapat terus eksis dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Yogyakarta di masa depan.
Beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan antara lain:
- Peningkatan kesejahteraan pengemudi becak: Memberikan pelatihan keterampilan, bantuan modal, dan jaminan sosial bagi pengemudi becak.
- Promosi becak sebagai daya tarik wisata: Mengintegrasikan becak dalam paket-paket wisata dan meningkatkan kualitas pelayanan.
- Pengembangan desain becak yang inovatif: Menciptakan becak yang lebih nyaman, aman, dan ramah lingkungan.
- Edukasi kepada masyarakat: Meningkatkan kesadaran akan nilai penting becak sebagai warisan budaya.
- Penetapan regulasi yang mendukung: Menyediakan ruang bagi becak untuk beroperasi secara aman dan nyaman di tengah kota.
Dengan upaya yang berkelanjutan, diharapkan becak Jogja tidak hanya menjadi artefak sejarah, tetapi juga terus hidup dan berkembang sebagai bagian dari identitas budaya Yogyakarta.