Krisis Sanitasi Mengintai Pengungsi Kebakaran Penjaringan: Minimnya Fasilitas Toilet Picu Keluhan

Bencana kebakaran yang melanda kawasan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, menyisakan duka mendalam bagi ratusan kepala keluarga. Selain kehilangan tempat tinggal, para pengungsi kini menghadapi masalah baru, yaitu minimnya fasilitas sanitasi di posko pengungsian. Keluhan demi keluhan muncul dari para korban yang kesulitan mengakses toilet yang layak.

Sri, seorang pengungsi berusia 32 tahun, mengungkapkan keprihatinannya mengenai kondisi ini. Ia dan pengungsi lainnya terpaksa menumpang toilet ke rumah warga yang tidak terdampak kebakaran untuk memenuhi kebutuhan buang air besar dan kecil. "Saya sangat membutuhkan toilet. Sejak kemarin, saya dan yang lain terpaksa menumpang," ujarnya dengan nada cemas.

Senada dengan Sri, Lastri (40) juga menyuarakan keluhan serupa. Ia menekankan pentingnya ketersediaan toilet di posko pengungsian, terutama untuk keperluan mandi. "Toilet itu kebutuhan mendasar, apalagi untuk mandi," ungkapnya.

Selain masalah sanitasi, para pengungsi juga mengharapkan bantuan obat-obatan dari pihak berwenang. Sejauh ini, bantuan yang diterima baru sebatas sembako dan makanan. Kebutuhan akan obat-obatan menjadi krusial mengingat kondisi kesehatan para pengungsi yang rentan akibat trauma dan lingkungan yang kurang bersih.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah merespons kejadian kebakaran ini dengan mendirikan tenda-tenda pengungsian sejak Jumat malam. Menurut Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Chico Hakim, sebanyak sembilan tenda telah didirikan untuk menampung para pengungsi. Namun, ketersediaan fasilitas sanitasi yang memadai tampaknya belum menjadi prioritas utama.

Kebakaran besar yang terjadi di Jalan Empang Damai Rawa Indah, Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, pada Jumat siang, telah menghanguskan sekitar 450 rumah semi permanen yang berdiri di atas lahan seluas tiga hektar. Kerugian akibat kebakaran ini diperkirakan mencapai Rp 8 miliar, dan berdampak pada 750 kepala keluarga. Penanganan pasca-kebakaran kini difokuskan pada penyediaan tempat tinggal sementara dan pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi. Namun, keluhan mengenai minimnya fasilitas toilet menjadi sorotan utama yang mendesak untuk segera diatasi.