Khidmat Idul Adha di Lawang Sewu: Pengalaman Spiritual di Bangunan Bersejarah
markdown Perayaan Idul Adha tahun ini di Semarang memberikan pengalaman yang berbeda dan berkesan bagi ratusan jemaah. Bangunan bersejarah Lawang Sewu, yang dikenal dengan arsitektur kolonialnya yang megah, menjadi lokasi pelaksanaan Salat Idul Adha. Pemandangan ini menawarkan nuansa unik dan khidmat bagi para peserta.
Sejak pagi hari, jemaah dari berbagai penjuru Semarang dan sekitarnya mulai berdatangan. Mereka memadati pelataran Lawang Sewu, mengubah wajah bangunan ikonik ini menjadi ruang ibadah yang penuh berkah. Kehadiran mereka bukan hanya sekadar memenuhi panggilan agama, tetapi juga untuk merasakan sensasi spiritual di tengah bangunan bersejarah. Banyak dari mereka mengaku terkejut dan takjub dengan transformasi Lawang Sewu dari destinasi wisata menjadi tempat ibadah yang khusyuk.
Salah seorang jemaah, Keysa, mengungkapkan kegembiraannya dapat melaksanakan salat di Lawang Sewu. Ia mengaku awalnya tidak berencana untuk salat di sana, namun akhirnya memutuskan untuk bergabung setelah melihat keramaian di lokasi tersebut. Baginya, pengalaman ini sangat berkesan karena dapat beribadah di tempat yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Hal senada juga diungkapkan oleh Tri Agustina, yang sengaja datang ke Lawang Sewu untuk melaksanakan Salat Idul Adha. Ini bukan kali pertama baginya, karena sebelumnya ia juga pernah mengikuti Salat Idul Fitri di tempat yang sama. Ia merasa nyaman dengan lokasi yang luas dan strategis, serta menganggap momentum ini sebagai cara untuk memperkenalkan Lawang Sewu sebagai ikon kota yang terbuka dan hidup.
Kehadiran jemaah di Lawang Sewu juga membawa dampak positif bagi citra bangunan tersebut. Hafizh, seorang mahasiswa asal Semarang, mengaku terkejut melihat Lawang Sewu dijadikan tempat salat Idul Adha. Ia berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan untuk menghilangkan stigma angker yang selama ini melekat pada Lawang Sewu. Ia juga berharap Lawang Sewu dapat menjadi tempat penyelenggaraan berbagai acara yang inovatif dan menarik.
Vice President Optimalitation Asset PT. KAI Pariwisata, Anton Poniman, menyampaikan apresiasinya atas antusiasme masyarakat dalam mengikuti Salat Idul Adha di Lawang Sewu. Ia mengatakan bahwa Lawang Sewu telah beberapa kali digunakan untuk kegiatan keagamaan, termasuk salat Idul Fitri dan kebaktian agama lain. Ia berharap Lawang Sewu dapat terus menjadi ruang publik yang bermanfaat bagi masyarakat, serta dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan positif.
Dengan digelarnya Salat Idul Adha, Lawang Sewu sekali lagi membuktikan diri sebagai bangunan yang fleksibel dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Lawang Sewu bukan hanya sekadar monumen bisu, tetapi juga ruang hidup yang dinamis dan relevan bagi masyarakat Semarang. Gedung ini diharapkan dapat terus menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting, serta menjadi simbol kebanggaan dan identitas kota Semarang.
Kegiatan Salat Idul Adha di Lawang Sewu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pengelolaan bangunan-bangunan bersejarah lainnya di Indonesia. Dengan sentuhan kreativitas dan inovasi, bangunan-bangunan bersejarah dapat dihidupkan kembali dan dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini akan membantu melestarikan warisan budaya bangsa, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sejarah dan identitas.
Beberapa harapan dari para jamaah:
- Adanya kegiatan serupa di masa depan.
- Lawang Sewu menjadi lebih baik dan inovatif.
- Lawang Sewu bisa menghilangkan stigma negatif.
- Lawang Sewu menjadi tempat yang lebih terbuka dan hidup.
- Dapat terus mempromosikan Lawang Sewu.