Kobaran Api di Kapuk Muara: Kesaksian Warga tentang Detik-Detik Kebakaran Hebat

Kebakaran dahsyat melanda kawasan padat penduduk di Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, meninggalkan trauma dan kerugian mendalam bagi para warga. Api dengan cepat melahap rumah-rumah semi permanen, memaksa penduduk untuk menyelamatkan diri dan harta benda seadanya.

Muna, seorang warga RT 17, menceritakan bagaimana ia pertama kali menyadari adanya kebakaran. Saat itu, suara gemeretak api terdengar dari arah belakang rumahnya, bersamaan dengan kepulan asap hitam yang membumbung tinggi. Awalnya, ia mengira hanya kebakaran kecil akibat korsleting listrik, hal yang kerap terjadi di lingkungan tersebut. Namun, ketika ia keluar rumah, api sudah membesar dan mengamuk, memaksanya untuk segera membangunkan anak-anaknya dan menyelamatkan diri.

"Api udah kedengeran dari belakang ngebakar gitu, 'keretak, keretak, keretak', gitu. Ah saya ngira paling kebakaran kecil, korslet karena emang biasanya gitu. Paling satu kamar tuh, soalnya beberapa kali pernah. Lah pas saya keluar kok api gede, langsung masuk bangunin anak-anak di kamar, suruh keluar," ujar Muna dengan nada getir.

Muna, yang saat kejadian tengah menjaga warung miliknya, hanya sempat menyelamatkan dokumen-dokumen penting seperti ijazah dan kartu keluarga. Sisanya, warung dan lantai dasar rumahnya ludes dilalap api. Ia mengaku telah mengantisipasi kemungkinan terburuk dengan menyimpan dokumen penting di satu tempat, mengingat kawasan tersebut memang rawan kebakaran.

"Saya mikir, surat kan penting dijadiin satu, akte, ijazah, karena di sini sering (kebakaran) gitu, udah dijadiin satu aja gitu. Jadi kalau ada apa tinggal ambil di map gede gitu", kenang Muna yang telah tinggal di daerah ini sejak 2008.

Kondisi permukiman yang padat dan bangunan yang sebagian besar semi permanen mempercepat penyebaran api. Muna kini merasa bingung dan kehilangan tempat tinggal.

Kisah serupa juga dialami oleh Warni, seorang warga berusia 54 tahun yang rumahnya ikut hangus terbakar. Ia hanya berhasil menyelamatkan beberapa potong pakaian.

"Saya pulang kerja rumah belum kena, cuma karena apinya dekat cuma beda dua rumah, saya sedikit menyelamatkan baju rombeng. Dari situ saya udah nggak bisa masuk lagi. Jadi, cuma baju rombeng yang saya bawa," tutur Warni dengan nada pasrah.

Kebakaran ini meninggalkan luka mendalam bagi para korban. Mereka kehilangan tempat tinggal, harta benda, dan mata pencaharian. Bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk meringankan beban mereka dan membantu mereka membangun kembali kehidupan mereka.