Demi Garuda Mendulang Asa: Perjalanan 'Tektok' Aremania Saksikan Laga Indonesia vs China di GBK
Perjalanan Impian Seorang Aremania ke Stadion Utama Gelora Bung Karno
Bagi Orleysen, seorang Aremania asal Malang, Jakarta bukan sekadar destinasi biasa. Awal Juni 2025, ia memutuskan untuk melakukan perjalanan singkat, atau yang biasa disebut "tektok," dari Malang ke Jakarta, semata-mata untuk menyaksikan perjuangan Timnas Indonesia dalam laga penting melawan China di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, dalam lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Semangatnya membara, mengalahkan rasa lelah perjalanan jauh.
"Hanya untuk menonton, berangkat tanggal 5 pagi, kembali tanggal 6 pagi. Lebih melelahkan di jalan daripada di stadion," ungkap Orleysen. "Tetapi yang terpenting, kerinduan untuk menonton bola terobati dan akhirnya bisa menyaksikan laga terakhir putaran ketiga di Jakarta."
Orleysen bukanlah penonton karbitan. Kecintaannya pada sepak bola nasional telah lama bersemi. Namun, kesibukan sehari-hari seringkali menghalanginya untuk hadir langsung di tribun stadion. Laga melawan China menjadi momentum istimewa baginya.
"Ini salah satunya, hanya kualifikasi Piala Dunia ini yang belum saya tonton secara langsung. Baru kali ini ada kesempatan untuk berangkat saat melawan China," ujar pria yang akrab disapa Leysen ini.
Ia mengaku sangat merindukan atmosfer SUGBK, stadion kebanggaan yang telah lama tidak dikunjunginya sejak direnovasi.
"Terakhir kali tahun 2016, final Arema vs Persib. Saat itu, tribun masih terbuat dari kayu. Sekarang sudah menjadi single seat dan lebih mewah. Sangat nyaman dan ramah keluarga untuk GBK yang sekarang," tambahnya.
Pengalaman Tiket Digital dan Atmosfer Stadion yang Membara
Orleysen juga penasaran untuk mencoba sistem baru yang serba digital dalam pembelian tiket. Menurutnya, teknologi ini membawa kemudahan, namun tetap memiliki tantangan tersendiri.
"Masalah pembelian tergantung pada individu masing-masing, harus jago dalam war ticket. Kalau lancar, memang lebih mudah sekarang, hanya saja pendaftaran awalnya agak merepotkan. Tetapi lebih simpel karena tinggal menunjukkan barcode dan KTP saja," tutur pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tour leader wisata Gunung Bromo.
Sayangnya, kehadiran tiket online belum sepenuhnya memberantas praktik percaloan. Padahal, salah satu tujuan dari sistem tiket online adalah untuk mengurangi penjualan melalui calo. Namun, kenyataannya, tiket sold out justru banyak diborong oleh calo.
"Di depan GBK masih banyak calo seperti pertandingan biasanya. Bedanya, tiketnya sekarang online. Sebenarnya, apakah calo ini diperbolehkan atau tidak?" tanyanya.
Namun, Orleysen mengakui banyak hal positif dari kemajuan sepak bola Indonesia. Salah satunya adalah adanya hiburan sebelum pertandingan dimulai. Seperti saat laga Indonesia vs China, ada penampilan dari grup band legendaris, God Bless.
"Hampir setiap pertandingan Timnas, orang-orang masuk stadion tepat saat open gate, yang mana masih jauh dari jam pertandingan. Pertandingan jam 20.30, tetapi jam 17.30 tribun upper sudah hampir penuh. Adanya entertainment membuat suporter tidak bosan atau suntuk karena menunggu lama," tutur pria yang juga aktif di komunitas stand up comedy Kota Malang ini.
Selain itu, ia juga mengapresiasi koreografi yang ditampilkan oleh para suporter.
"Koreo itu sudah menjadi passion, hal yang wajib di setiap pertandingan. Bangga dengan Timnas Indonesia dan bangga akan kreativitasnya," imbuhnya.
Performa Timnas Indonesia yang semakin membaik juga membuat Orleysen merasa bangga.
"Sangat tidak menyangka. Dulu, kita hanya mengejar Piala AFF dan untung-untungan kalau masuk final. Musuh terberat dulu adalah Thailand. Tetapi saat ini, Timnas Indonesia layak diapresiasi dan layak disebut King of ASEAN," ujar Orleysen.
"Semoga Timnas terus berkembang dan yang terpenting bisa berpartisipasi di Piala Dunia," harapnya.