Ekspor Perdana Jagung ke Malaysia, Sinergi Polri dan Petani Tingkatkan Produktivitas Nasional

markdown Presiden terpilih, Prabowo Subianto, menghadiri acara pelepasan ekspor perdana jagung sebanyak 1.200 ton ke Sarawak, Malaysia. Acara ini berlangsung di Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, menandai keberhasilan program peningkatan produksi jagung yang diinisiasi oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Prabowo mengungkapkan kebahagiaannya atas keberhasilan panen raya jagung ini, yang menurutnya merupakan kelanjutan dari kesuksesan dalam produksi beras. Ia memandang ini sebagai sinyal positif bagi ketahanan pangan nasional. Prabowo juga menekankan pentingnya untuk terus meningkatkan produksi pangan dan tidak cepat berpuas diri dengan pencapaian yang ada. Ia mengapresiasi hasil-hasil yang telah dicapai sebagai bukti tanda-tanda keberhasilan awal.

Kegiatan panen raya di Bengkayang ini merupakan simbol kebangkitan pertanian melalui kolaborasi antara Polri dan masyarakat. Sebelumnya, produktivitas lahan hanya mencapai 2 ton per hektare, namun setelah dikelola secara modern, hasil panen meningkat tajam menjadi 9,3 ton per hektare dari 218,35 hektare lahan yang digarap.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan bahwa ekspor perdana jagung ini bernilai Rp 5.900 per kilogram. Peningkatan produktivitas ini tak lepas dari penggunaan bibit unggul Hibrida P27 dan pupuk presisi MIGO Bhayangkara, yang merupakan hasil riset Polda Kalbar. Dengan peningkatan ini, para petani kini menikmati peningkatan pendapatan yang signifikan, mencapai hingga Rp 4 juta per bulan, dari sebelumnya hanya sekitar Rp 500 ribu.

Menghadapi potensi surplus produksi jagung yang diperkirakan mencapai 1-6 juta ton, Polri bekerja sama dengan Perum Bulog untuk menyerap panen jagung dengan harga pembelian pemerintah Rp 5.500 per kg. Selain Kalimantan Barat, provinsi lain seperti Gorontalo (27 ribu ton) dan Nusa Tenggara Barat (20 ribu ton) juga turut berkontribusi dalam ekspor jagung.

Jenderal Sigit berharap agar kolaborasi ini dapat terus dikembangkan di seluruh wilayah penghasil jagung di Indonesia. Ia menekankan pentingnya kemudahan akses permodalan, ketersediaan lahan dan alat produksi pertanian, serta edukasi teknis dari tahap pratanam hingga panen. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi jagung secara berkelanjutan, serta meningkatkan kesejahteraan petani.