Tarif Ojek Online Terlalu Rendah: Keluhan Pengemudi di Jakarta
Tarif Ojek Online Terlalu Rendah: Keluhan Pengemudi di Jakarta
Sejumlah pengemudi ojek online (ojol) di Jakarta menyampaikan keluhan terkait rendahnya tarif layanan yang mereka terima, khususnya untuk layanan antar barang, penumpang, dan makanan. Mereka menilai tarif yang diberikan tidak sebanding dengan jarak tempuh dan waktu yang dihabiskan. Keluhan ini mencuat di tengah maraknya penggunaan aplikasi ojol dan persaingan ketat antar perusahaan penyedia jasa. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran para pengemudi akan kesejahteraan dan keberlanjutan profesi mereka.
Salah satu pengemudi, Nuraini (40), mengungkapkan pengalamannya menerima tarif hanya Rp 6.500 untuk pengantaran barang dengan jarak tempuh yang cukup jauh. “Dari rumah saya ke lokasi pengambilan barang itu lumayan jauh, namun tarifnya hanya Rp 6.500. Sangat kecil,” ujarnya saat ditemui di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (11/3/2025). Ia berharap pihak aplikasi dapat merevisi sistem penetapan tarif agar lebih adil dan mencerminkan biaya operasional yang dikeluarkan para pengemudi.
Senada dengan Nuraini, Eko Novian (32) juga menyoroti rendahnya tarif yang diterapkan dalam metode penugasan terbaru. “Sekarang tarifnya cuma Rp 5.000. Kalau tidak tercapai target, tidak ada tambahan, tetap Rp 5.000. Ini sama saja seperti penindasan, mengantar jauh hanya dibayar Rp 5.000,” keluhnya. Eko mendesak adanya penyesuaian tarif yang lebih realistis dan mempertimbangkan faktor jarak, waktu, serta biaya operasional.
Rahmat (33) menambahkan permasalahan lain terkait program SLOT yang diterapkan oleh salah satu perusahaan aplikasi ojol. “Sekarang ada program SLOT di mana driver harus membayar Rp 3.000 untuk setiap keikutsertaan dalam program tersebut agar mendapatkan orderan,” jelasnya. Ia mengungkapkan bahwa tarif dasar untuk layanan pesan antar makanan pun sangat rendah, yaitu mulai dari Rp 6.000. “Bayangkan, untuk satu orderan GrabFood, driver hanya mendapatkan Rp 6.000. Tidak sebanding dengan jarak tempuh dan waktu yang telah dihabiskan, termasuk waktu menunggu makanan di restoran selama 10 hingga 20 menit,” tambahnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan pengemudi seringkali tidak sebanding dengan usaha dan beban kerja yang mereka tanggung.
Ketiga pengemudi tersebut mewakili banyak pengemudi ojol lainnya yang merasakan hal serupa. Mereka berharap adanya solusi konkret dari pihak aplikasi ojol agar penghasilan mereka dapat lebih layak dan sesuai dengan jerih payah yang mereka berikan. Penyesuaian tarif yang lebih representatif menjadi tuntutan utama untuk menjamin kesejahteraan para pengemudi ojek online di tengah persaingan yang semakin ketat dan biaya hidup yang terus meningkat. Pemerintah juga diharapkan untuk turut serta mengawasi dan memberikan perlindungan kepada para pekerja di sektor ekonomi digital ini.