Anies Baswedan Soroti Kesenjangan Sosial dalam Khutbah Idul Adha di Masjid Al Azhar
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan khutbah Idul Adha di Lapangan Hijau Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan, pada hari Jumat. Dalam khutbahnya, Anies menyoroti isu kesenjangan sosial yang masih menjadi tantangan di Indonesia dan menyampaikan pesan penting bagi para pemimpin bangsa.
Anies memulai khutbahnya dengan mengisahkan kembali peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan kepatuhan Nabi Ismail AS kepada perintah Allah SWT. Kisah ini menjadi landasan bagi Anies untuk membahas makna kurban yang lebih luas, yaitu pengorbanan demi kemaslahatan umat. Ia menekankan bahwa Idul Adha bukan hanya sekadar ritual penyembelihan hewan kurban, tetapi juga momentum untuk merefleksikan diri dan berkontribusi dalam menciptakan keadilan sosial.
"Kisah kurban Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS adalah teladan tentang ketaatan dan transformasi pengorbanan pribadi menjadi pengorbanan untuk kepentingan umat," ujar Anies.
Anies kemudian mengkritisi kondisi kesenjangan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Ia berpendapat bahwa kesenjangan tersebut bukanlah takdir, melainkan akibat dari sistem yang tidak adil dan belum dikoreksi. Anies mencontohkan kebijakan Khalifah Umar bin Khattab saat menghadapi musim paceklik sebagai solusi rekayasa struktural yang berpihak pada rakyat.
"Di tengah kota-kota kita, kesenjangan yang terjadi bukan karena takdir, melainkan hasil dari sistem yang dibiarkan berjalan tanpa dikoreksi," tegasnya.
Anies menjelaskan bahwa Khalifah Umar bin Khattab tidak hanya memberikan bantuan langsung kepada masyarakat yang terdampak paceklik, tetapi juga mengubah aturan yang ada. Tanah-tanah terlantar diambil alih dan diberikan kepada mereka yang bersedia menggarapnya. Menurut Anies, langkah ini merupakan contoh nyata dari reformasi agraria yang bertujuan untuk menciptakan keadilan.
"Mungkin itu adalah reformasi agraria pertama dalam sejarah Islam dan itu contoh nyata yang disebut sebagai rekayasa struktural untuk keadilan. Sebagaimana yang dipesankan dalam Al-Quran bahwa harta tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja," kata Anies.
Lebih lanjut, Anies menyampaikan pesan kepada para pemimpin di Indonesia agar berani mengambil kebijakan yang pro-rakyat, meskipun menghadapi resistensi dari kelompok elite. Ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk berkontribusi sesuai dengan kemampuan masing-masing dalam menciptakan kemaslahatan dan keadilan.
"Bagi para pemimpin, kurban bisa berupa keberanian untuk menetapkan kebijakan yang berpihak pada seluruh rakyat, meski mungkin menghadapi resistensi dari sebagian elite. Bagi yang punya kelebihan harta, kurban bisa berupa investasi sosial seperti membangun sekolah, komunitas, menyediakan akses air bersih atau menciptakan lapangan pekerjaan. Dan bagi yang tidak memiliki kelapangan materi dan tidak punya kewenangan kurban bisa berupa waktu, bisa berupa keahlian mengajar anak-anak di lingkungan, memberikan praktik medis gratis," jelasnya.
Anies menekankan bahwa pengorbanan tidak selalu berarti materi. Hal terpenting adalah bagaimana setiap individu dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
"Kita semua sesungguhnya memiliki bekal yang bisa dikorbankan sesuai dengan kemampuan untuk menghadirkan kemaslahatan, keadilan bagi semua," pungkasnya. Ia menambahkan bahwa ketidakadilan merupakan bagian dari kemungkaran yang harus dilawan bersama.