Veto AS atas Resolusi Gencatan Senjata Gaza Dikecam Hamas, Palestina Berupaya Melalui Majelis Umum PBB
Penolakan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza oleh AS Menuai Kecaman dan Upaya Alternatif
Kelompok Hamas mengecam keras tindakan Amerika Serikat yang memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait seruan gencatan senjata segera dan akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan di Jalur Gaza. Washington berdalih bahwa resolusi tersebut berpotensi mengganggu upaya diplomasi yang sedang berlangsung untuk mencapai solusi damai.
Menurut laporan AFP pada Kamis (5/6/2025), Hamas menyatakan bahwa veto AS tersebut sebagai tindakan "memalukan" dan kembali menuduh Israel melakukan "genosida" di Gaza. Pernyataan keras ini mencerminkan kekecewaan mendalam atas kegagalan resolusi tersebut untuk disahkan.
Sebagai respons terhadap kebuntuan di Dewan Keamanan, Palestina berencana untuk meminta Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi serupa. Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menyatakan bahwa langkah ini diambil setelah veto AS menggagalkan upaya Dewan Keamanan untuk mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata.
Namun, rencana Palestina ini mendapat tanggapan sinis dari Israel. Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menyebut upaya Palestina untuk mengajukan resolusi ke Majelis Umum sebagai tindakan yang sia-sia. Ia mengimbau negara-negara anggota PBB untuk tidak membuang waktu dan energi dalam upaya tersebut, mengingat Majelis Umum tidak memiliki kekuatan veto seperti Dewan Keamanan.
Berikut adalah poin-poin utama yang berkembang seputar isu ini:
- Veto AS: Amerika Serikat menggunakan hak veto untuk menggagalkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
- Kecaman Hamas: Kelompok Hamas mengecam veto AS tersebut dan menuduh Israel melakukan genosida.
- Upaya Palestina: Palestina berencana membawa isu ini ke Majelis Umum PBB.
- Sikap Israel: Israel menganggap upaya Palestina di Majelis Umum sebagai sia-sia.
Situasi ini mencerminkan polarisasi yang mendalam dalam komunitas internasional terkait konflik Israel-Palestina dan upaya untuk mencapai solusi damai yang berkelanjutan. Masa depan inisiatif perdamaian di wilayah tersebut masih belum pasti, dengan kedua belah pihak mempertahankan posisi yang kuat dan saling bertentangan.