Harry Pantja Ungkap Kurang Tidur sebagai Faktor Utama Stroke Berulang yang Dideritanya

Aktor dan presenter ternama, Harry Pantja, berbagi pengalaman pahitnya dalam menghadapi stroke berulang. Dikenal luas melalui acara televisi "Dunia Lain", Harry secara terbuka mengisahkan bagaimana pola tidur yang buruk menjadi pemicu utama masalah kesehatan serius yang dialaminya. Pengakuan ini membuka mata publik akan pentingnya menjaga kualitas tidur sebagai bagian integral dari gaya hidup sehat.

Perjalanan Harry Pantja dengan stroke dimulai pada tahun 2016. Serangan pertama tersebut, menurutnya, masih tergolong ringan, hanya memengaruhi jari-jari tangan kanannya. Namun, kondisi ini memburuk secara signifikan pada akhir 2017, ketika seluruh tangan kanannya mengalami kelumpuhan. Nasib buruk kembali menimpanya pada tahun 2020, dengan serangan stroke yang lebih parah. Akibatnya, Harry harus menjalani fisioterapi rutin dan menggunakan kursi roda untuk mobilitas sehari-hari.

Dalam wawancaranya, pria berusia 58 tahun ini dengan jujur mengakui bahwa kurang tidur kronis menjadi penyebab utama serangkaian stroke yang dialaminya. Saat masih aktif dalam dunia hiburan, jadwal syuting yang padat seringkali memaksanya untuk mengorbankan waktu tidur malam. Kebiasaan buruk ini, tanpa disadarinya, telah membuka pintu bagi datangnya penyakit stroke.

Pengalaman Harry Pantja menimbulkan pertanyaan penting: seberapa besar pengaruh kurang tidur terhadap risiko stroke? Dr. Stephen English, seorang ahli saraf vaskular dari Mayo Clinic, menegaskan bahwa kurang tidur merupakan faktor risiko stroke yang signifikan dan perlu diwaspadai. Menariknya, tidur berlebihan juga dapat meningkatkan risiko penyakit ini. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan waktu tidur sangat penting untuk kesehatan otak.

"Tidur yang cukup sangat bermanfaat bagi kesehatan otak," ujar Dr. English. "Tidur yang cukup membantu memastikan pembuluh darah dan sel-sel otak kita tetap sehat dan mampu bertahan selama bertahun-tahun mendatang."

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) merekomendasikan durasi tidur ideal yang bervariasi berdasarkan usia:

  • Bayi: Sekitar 16 jam per hari
  • Remaja: Sekitar 9 jam per hari
  • Dewasa: Sekitar 7-8 jam per hari

Selain memahami hubungan antara tidur dan stroke, penting juga untuk mengenali tanda-tanda serangan stroke agar dapat segera mencari pertolongan medis. Tanda-tanda tersebut meliputi:

  • Kesulitan berbicara dan memahami perkataan orang lain
  • Mati rasa, lemah, atau lumpuh pada wajah, lengan, atau kaki
  • Masalah penglihatan pada satu atau kedua mata
  • Sakit kepala mendadak dan parah yang disertai muntah, pusing, dan perubahan kesadaran
  • Kesulitan berjalan, kehilangan keseimbangan, dan mudah terjatuh

Metode FAST dapat digunakan untuk mengenali tanda-tanda stroke dengan lebih mudah:

  • Wajah (Face): Apakah salah satu sisi wajah tampak menurun?
  • Lengan (Arms): Apakah salah satu lengan terasa lemah atau sulit diangkat?
  • Bicara (Speech): Apakah bicaranya pelo atau tidak jelas?
  • Waktu (Time): Jika salah satu tanda di atas muncul, segera cari pertolongan medis darurat.

Stroke adalah kondisi medis darurat yang membutuhkan penanganan segera. Setiap menit yang terbuang dapat menyebabkan kerusakan otak yang lebih parah dan meningkatkan risiko kecacatan permanen.

Sayangnya, seseorang yang pernah mengalami stroke berisiko mengalami serangan berulang. Dr. Heidi Moawad dari Medical News Today menjelaskan bahwa stroke berulang dapat meningkatkan tingkat keparahan dan risiko kematian. Setiap serangan stroke dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, meningkatkan kemungkinan komplikasi fatal, seperti pneumonia akibat kesulitan menelan.

Sebuah studi tahun 2022 yang melibatkan 313.162 orang berusia rata-rata 73 tahun di Australia dan Selandia Baru menunjukkan bahwa orang dengan riwayat stroke selama 10 tahun memiliki peluang 26,8 persen untuk mengalami stroke berulang dan harapan hidup 36,4 persen.

Mempelajari pengalaman Harry Pantja dan memahami informasi tentang stroke, kita dapat lebih termotivasi untuk mengatur pola hidup sehat, termasuk menjaga kualitas dan kuantitas tidur yang cukup. Selain itu, Dr. English dari Mayo Clinic menyarankan untuk menjaga pola makan seimbang dan berolahraga teratur sebagai langkah pencegahan stroke dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.