Analisis KNKT: Kelalaian Pengemudi Picu Kecelakaan Fatal Truk dan Bus

Faktor Manusia Dominasi Penyebab Kecelakaan Maut Truk dan Bus

Kecelakaan yang melibatkan kendaraan besar seperti truk dan bus masih menjadi permasalahan serius di Indonesia. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyoroti bahwa faktor manusia menjadi penyebab utama dalam banyak insiden kecelakaan fatal yang melibatkan kendaraan-kendaraan tersebut. Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan, mengungkapkan bahwa hampir setiap hari terdapat laporan mengenai kecelakaan yang melibatkan bus dan truk. Analisis mendalam menunjukkan bahwa seringkali kecelakaan-kecelakaan ini dipicu oleh serangkaian kelalaian atau tindakan kurang tepat dari pengemudi.

"Kecelakaan selalu diawali oleh adanya hazard (bahaya). Adanya hazard atau bahaya inilah yang kemudian meningkatkan risiko orang celaka saat berlalu lintas di jalan," ujar Wildan.

Penyebab Umum dan Rekomendasi Pencegahan

KNKT mengidentifikasi beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap kecelakaan truk dan bus, termasuk:

  • Rem Blong Akibat Penggunaan Gigi Tinggi di Jalan Menurun: Salah satu penyebab paling umum adalah kesalahan pengemudi dalam mengendalikan kendaraan saat melintasi jalan menurun. Penggunaan gigi tinggi dan pengereman berulang menyebabkan rem menjadi panas berlebihan (overheat) dan akhirnya blong. Dalam kondisi ini, upaya memindahkan gigi seringkali berujung pada posisi netral, memperparah situasi karena kendaraan meluncur tak terkendali.

  • Malfungsi Sistem Rem Akibat Kurangnya Pemeriksaan Kendaraan: Kegagalan sistem rem juga menjadi faktor signifikan. Hal ini seringkali disebabkan oleh pengemudi yang tidak melakukan pemeriksaan pra-perjalanan (pre-trip inspection) secara menyeluruh. Pemeriksaan rutin penting untuk mendeteksi potensi masalah pada sistem pengereman sebelum kendaraan dioperasikan.

  • Kurangnya Pemahaman Kondisi Jalan: Kecelakaan juga dapat terjadi akibat pengemudi kurang memahami kondisi jalan, terutama di area yang tidak familiar. Minimnya informasi mengenai kondisi jalan dan lingkungan sekitar dapat menyebabkan kendaraan terperosok atau terguling.

  • Microsleep Akibat Kelelahan: Microsleep, atau tertidur sesaat saat mengemudi, juga menjadi penyebab umum kecelakaan. Hal ini seringkali dipicu oleh pengemudi yang bekerja melebihi batas waktu yang dianjurkan tanpa istirahat yang cukup, atau mengemudi dalam kondisi sakit dan mengonsumsi obat-obatan yang menyebabkan kantuk.

Strategi Mengemudi Aman di Jalan Menurun

Wildan menekankan pentingnya penggunaan gigi rendah saat melintasi jalan menurun panjang. Strategi ini membantu mengurangi ketergantungan pada rem pedal, sehingga meminimalkan risiko rem blong. Ia juga memperingatkan agar pengemudi tidak memindahkan gigi saat berada di jalan menurun atau menanjak, karena risiko masuk ke posisi netral sangat tinggi.

KNKT merekomendasikan prosedur mengemudi yang aman di jalan menurun, yaitu:

  • Gunakan gigi rendah sebelum memasuki jalan menurun.
  • Aktifkan exhaust brake saat RPM (rotasi per menit) mendekati zona merah.
  • Jika RPM terus meningkat hingga zona merah, injak pedal rem dan nonaktifkan exhaust brake hingga RPM turun.
  • Lepas pedal rem saat RPM sudah turun. Jika RPM kembali naik, aktifkan kembali exhaust brake. Ulangi langkah ini sesuai kebutuhan.

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan dan mengikuti prosedur mengemudi yang aman, diharapkan risiko kecelakaan yang melibatkan truk dan bus dapat diminimalkan, sehingga tercipta lalu lintas yang lebih aman dan nyaman bagi semua pengguna jalan.