BTN Terapkan Strategi Retensi Nasabah KPR Jelang Periode Suku Bunga Mengambang

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) tengah menyiapkan serangkaian strategi proaktif untuk mempertahankan nasabah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) agar tidak beralih ke bank lain, terutama menjelang masa transisi suku bunga floating. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap dinamika pasar dan persaingan yang semakin ketat di industri perbankan.

Direktur Utama BTN, Nixon L.P Napitupulu, mengungkapkan bahwa perpindahan nasabah KPR antar bank merupakan fenomena yang umum terjadi, khususnya bagi debitur yang mendekati periode suku bunga mengambang atau floating rate, dimana suku bunga pinjaman akan disesuaikan dengan kondisi pasar. Meskipun mengakui adanya pergerakan tersebut, Nixon menegaskan bahwa angkanya masih dalam batas yang wajar dan terkendali. "Angkanya masih normal," ujarnya.

Salah satu strategi utama yang disiapkan BTN adalah menawarkan opsi rate top-up kepada nasabah sebelum masa berlaku suku bunga tetap (fixed rate) berakhir. Nixon menjelaskan, enam bulan sebelum masa jatuh tempo suku bunga fixed, BTN akan menawarkan opsi ini kepada nasabah. Pada dasarnya, rate top-up memungkinkan nasabah untuk memperpanjang tenor pinjaman dengan imbalan suku bunga yang relatif lebih stabil. Dengan kata lain, BTN berupaya memberikan solusi yang lebih menarik dibandingkan dengan beralih ke bank lain yang mungkin menawarkan suku bunga lebih rendah di awal, namun dengan risiko fluktuasi yang lebih tinggi.

"Kami lihat yang pindah-pindah itu masih normal, tidak ada move yang terlalu besar, terprediksi, kalau soal pemindahan itu aman," ungkap Nixon, menunjukkan keyakinannya terhadap efektivitas strategi yang diterapkan.

Selain fokus pada retensi nasabah, BTN juga mengakui adanya tantangan dalam pertumbuhan bisnis KPR secara keseluruhan. Nixon menyebutkan bahwa saat ini, BTN tengah berupaya keras untuk mencapai target pertumbuhan KPR di kisaran 8-10 persen. Tantangan ini terutama dirasakan pada segmen KPR non-subsidi, dimana terjadi penurunan booking atau pemesanan. Hal ini diduga berkaitan dengan faktor daya beli masyarakat dan perlambatan di sektor konstruksi.

"Semacam penurunan booking, ekspansi di kami, apakah karena daya beli tapi di sisi produksi konstruksinya juga melambat," imbuhnya.

BTN mencatat pertumbuhan KPR yang stabil dari tahun 2023 hingga kuartal I-2025. KPR subsidi tumbuh sekitar 7,5-7,6 persen per tahun, sementara KPR non-subsidi menunjukkan pertumbuhan yang lebih agresif di kisaran 8,1-10,2 persen. Data ini menunjukkan permintaan yang konsisten di berbagai segmen pasar, serta efektivitas strategi BTN dalam memperluas akses pembiayaan perumahan.

Saat ini, mayoritas portofolio kredit BTN didominasi oleh skema fixed rate, terutama karena sebagian besar berasal dari KPR subsidi yang secara regulasi menerapkan suku bunga tetap selama masa subsidi. Kondisi ini berbeda dengan KPR non-subsidi atau komersial yang lebih fleksibel dan umumnya menggunakan skema floating rate yang mengikuti fluktuasi suku bunga pasar.

Lebih dari 60 persen portofolio KPR BTN merupakan KPR subsidi, yang menunjukkan komitmen BTN dalam mendukung pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.