Konservasi Tuntong Laut: Upaya Melindungi Spesies Kura-Kura Langka di Sumatera Utara
Melestarikan Tuntong Laut: Kisah Upaya Konservasi di Sumatera Utara
Di tengah perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, perhatian tertuju pada Tuntong Laut (Batagur borneoensis), spesies kura-kura yang terancam punah. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) memimpin upaya konservasi intensif untuk menyelamatkan satwa langka ini dari kepunahan.
Tuntong Laut, yang masuk dalam daftar 25 spesies kura-kura terlangka di dunia, menghadapi ancaman serius terhadap kelangsungan hidupnya. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) telah memasukkannya ke dalam daftar merah sebagai spesies 'kritis' (Critically Endangered), menandakan risiko kepunahan yang sangat tinggi.
Strategi Konservasi In-situ dan Ex-situ
BBKSDA Sumut menerapkan strategi konservasi ganda, yaitu in-situ (di habitat alami) dan ex-situ (di luar habitat alami), untuk meningkatkan populasi Tuntong Laut. Patroli rutin dilakukan di sepanjang pantai timur Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut (SM KGLTL), terutama selama musim bertelur (Desember-Januari). Upaya ini telah berhasil menyelamatkan ratusan telur dari predator alami seperti biawak dan babi hutan, serta dari aktivitas manusia yang merusak.
Selain perlindungan telur di habitat alaminya, BBKSDA Sumut juga mengembangkan program penetasan dan pembesaran tukik (anak kura-kura) secara ex-situ. Tukik yang baru menetas sangat rentan, sehingga kolam pembesaran dibangun untuk memberikan lingkungan yang aman dan terkontrol hingga mereka mencapai ukuran yang lebih besar dan memiliki peluang bertahan hidup yang lebih tinggi saat dilepasliarkan.
Keterkaitan Erat dengan Ekosistem Mangrove
Konservasi Tuntong Laut tidak dapat dipisahkan dari pelestarian hutan mangrove. Kedua elemen ini memiliki hubungan simbiosis yang kuat. Mangrove menyediakan habitat penting bagi Tuntong Laut untuk berkembang biak dan mencari makan. Sebaliknya, Tuntong Laut berperan dalam menjaga kesehatan ekosistem mangrove dengan membantu penyebaran biji Brembang (Sonneratia caseolaris) dan menyediakan nutrisi bagi biota air lainnya melalui fesesnya.
- Mangrove memberikan tempat berlindung dan sumber makanan bagi Tuntong Laut.
- Tuntong Laut membantu regenerasi mangrove dan menyediakan nutrisi bagi ekosistem.
Peran Serta Masyarakat
Kesuksesan upaya konservasi Tuntong Laut sangat bergantung pada dukungan dan partisipasi aktif masyarakat sekitar habitatnya. BBKSDA Sumut secara rutin melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya konservasi Tuntong Laut dan statusnya sebagai satwa dilindungi.
Respon masyarakat sangat positif. Contohnya, pada tahun 2017, warga Desa Tapak Kuda secara sukarela menyerahkan tujuh butir telur Tuntong Laut kepada BBKSDA Sumut. Tindakan ini menunjukkan peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap konservasi satwa liar.
BBKSDA Sumut terus mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi Tuntong Laut. Hingga Februari 2025, puluhan ekor Tuntong Laut telah dilepasliarkan ke habitat alaminya, baik dari hasil penangkaran maupun penyerahan masyarakat. Saat ini, masih terdapat puluhan individu Tuntong Laut di kolam pembesaran yang akan dilepasliarkan di masa mendatang.
Tantangan dan Harapan
Meskipun upaya konservasi Tuntong Laut telah menunjukkan hasil yang menggembirakan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Perusakan habitat mangrove, perburuan ilegal, dan perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup spesies ini.
Namun, dengan komitmen yang kuat dari pemerintah, dukungan masyarakat, dan strategi konservasi yang tepat, harapan untuk menyelamatkan Tuntong Laut dari kepunahan tetap ada. Setiap individu yang diselamatkan dan dilepasliarkan merupakan langkah maju dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia dan memastikan bahwa Tuntong Laut tetap menjadi bagian dari warisan alam kita.