Interaksi Obat dan Susu: Anjuran dan Risiko Menurut Ahli Farmasi
Konsumsi obat dan susu seringkali dilakukan berdekatan, menimbulkan pertanyaan mengenai potensi interaksi keduanya. Seorang ahli farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan penjelasan terkait hal ini.
Menurut Prof. Zullies Ikawati, Guru Besar Farmasi UGM, mengonsumsi obat segera setelah minum susu umumnya tidak dianjurkan. Meskipun tidak semua jenis obat berinteraksi negatif dengan susu, beberapa obat dapat mengalami gangguan penyerapan akibat kandungan kalsium atau komponen lain yang terdapat dalam susu. Interaksi ini dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan.
Jeda Waktu sebagai Solusi
Untuk meminimalkan potensi interaksi, Prof. Zullies menyarankan pemberian jeda waktu antara konsumsi susu dan obat. Jeda minimal 1-2 jam memungkinkan sistem pencernaan memproses susu terlebih dahulu, sehingga penyerapan obat dapat berlangsung lebih optimal. Tanpa jeda waktu yang cukup, efektivitas obat dapat menurun karena zat-zat dalam susu, seperti kalsium, magnesium, dan kasein, dapat mengikat obat di saluran pencernaan dan menghambat penyerapannya ke dalam darah.
Daftar Obat yang Berinteraksi dengan Susu
Beberapa jenis obat diketahui berinteraksi dengan susu, diantaranya:
- Antibiotik golongan tetrasiklin (misalnya doksisiklin) dan fluoroquinolon (misalnya siprofloksasin).
- Obat osteoporosis seperti alendronat.
- Obat tiroid seperti levotiroksin.
Namun, ada pula obat-obatan yang cenderung aman dikonsumsi berdekatan dengan waktu minum susu. Obat-obatan ini umumnya diserap secara pasif atau tidak berikatan dengan kalsium. Beberapa obat lambung atau paracetamol termasuk dalam kategori ini, meskipun konsumsi dengan air putih tetap menjadi pilihan ideal.
Dengan memahami potensi interaksi antara obat dan susu, serta mengikuti anjuran jeda waktu yang disarankan, masyarakat dapat mengoptimalkan efektivitas pengobatan dan menghindari risiko yang tidak diinginkan.