Kemarau Basah Ancam Produksi Garam Madura, Petani Terpaksa Tunda Panen
Pulau Madura, yang dikenal sebagai salah satu sentra produksi garam nasional, menghadapi tantangan serius akibat anomali cuaca. Curah hujan yang tidak lazim tinggi di musim kemarau, atau yang dikenal sebagai kemarau basah, telah menghambat aktivitas produksi garam. Para petani garam di wilayah ini terpaksa menunda masa panen yang seharusnya sudah dimulai.
Krisna, seorang petani garam di Pamekasan, mengungkapkan bahwa kondisi cuaca tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Persiapan lahan untuk produksi garam menjadi terhambat akibat curah hujan yang tinggi. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, petani garam sudah mulai melakukan persiapan lahan sejak April hingga Mei, dan memasuki bulan Juni biasanya sudah mulai panen. "Kita tidak bisa panen bulan ini. Karena baru bisa menggarap lahan untuk persiapan," ujarnya.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan penurunan kuantitas produksi garam. Musim panen yang lebih pendek akan berdampak langsung pada jumlah garam yang dihasilkan. Krisna berharap curah hujan akan segera berkurang agar petani dapat memaksimalkan waktu produksi yang tersisa. Tahun lalu, panen garam terakhir dilakukan pada bulan Oktober, karena pada bulan November hujan sudah mulai turun.
Mundurnya masa panen akan memperpendek waktu produksi. Jika tahun sebelumnya masih memiliki lima bulan untuk produksi, maka tahun ini diperkirakan akan tersisa empat bulan. Pemerintah Kabupaten Pamekasan melalui Dinas Perikanan setempat mengakui adanya perubahan cuaca ekstrem yang mempengaruhi produksi garam. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pamekasan, Abdul Fata membenarkan adanya perubahan cuaca di wilayahnya.
Meski demikian, pemerintah daerah berupaya untuk memberikan pembinaan kepada petani garam agar dapat mengoptimalkan produksi meskipun masa panen lebih singkat. Upaya percepatan produksi diharapkan dapat menjaga stabilitas hasil produksi garam. Pemerintah daerah telah memberikan bantuan berupa gudang penyimpanan dan alat geomembran untuk mendukung produksi garam di Pamekasan.
PT Garam juga mengakui adanya anomali cuaca yang mempengaruhi produksi garam. Perusahaan berharap agar masa panen tidak semakin mundur, karena akan berdampak pada hasil produksi garam di lahan-lahan binaan mereka. Saat ini, PT Garam masih dalam tahap pembahasan terkait target produksi dan penyerapan garam.
Berikut adalah tantangan yang dihadapi oleh petani garam Madura akibat kemarau basah:
- Penundaan masa panen
- Berkurangnya waktu produksi
- Potensi penurunan kuantitas produksi
Diharapkan, dengan dukungan dari pemerintah daerah dan PT Garam, petani garam Madura dapat mengatasi tantangan ini dan menjaga stabilitas produksi garam nasional.